Rabu, 08 Januari 2020

Persiapan Finansial agar Pensiun Menyenangkan

baru akhir bulan lalu genap berusia 30 tahun, kali ini sudah membahas pensiun? hehe.. kaleem..
usia pensiun pegawai negeri sipil normalnya adalah 58 tahun. insyaaAllah jika diberi umur panjang, maka masih ada 28 tahun sampai dengan saat itu tiba.. Setelah pensiun, apa yang akan kita dapatkan? well, sekitar 75% gaji pokok! jadi kalau sebelumnya kita menikmati gaji pokok + tunjangan, siap-siap nanti pas pensiun kita hanya akan menerima segitu.. anggaplah pensiun di golongan IIId maka kita akan mendapatkan Rp 3.426.600/bulan.. alhamdulillah ya.. ya kan kita nggak ngapa-ngapain tapi tetap mendapatkan uang dari negara..
Nah, tapiii... pernah nggak sih di usia kita sekarang, kita bener-bener ngebayangin gimana nanti kondisi finansial kita saat pensiun? saya pribadi sudah mulai memikirkan hal ini:

Kapan pensiun?
sampai dengan tulisan ini saya buat, saya berencana untuk pensiun dini. Mengacu PP 11/2017, pensiun dini sudah bisa diajukan oleh pegawai yang berusia 45 tahun dengan masa kerja 20 tahun.. (sekarang belum ada perka turunannya ya, jadi pensiun dini masih mengacu ke usia 50 tahun, tapi optimis laah nanti saat saya mau pensiun udah ada peraturan turunannya.. aamiin).. Naah, karena saya lahir tahun 1989 dan bekerja sejak 2010, artinya pada akhir tahun 2034 saya akan berusia 45 tahun dengan masa kerja 24 tahun (insyaaAllah semoga diberi umur panjang yaa). eh kenapa pensiun dini? yaa.. karena saya ingin menikmati hidup sebagai diri sendiri, sebagai orang tua, dan menggeluti cita-cita yang belum terwujud. lagi pula membayangkan pensiun di usia 58 tahun? wuhuuuu.. bisa bisa saya sudah begitu rentanya.. udah nggak segitunya berkontribusi untuk negara.. ah jangan lah..


saat pensiun, bagaimana dengan anak-anak?
naah.. saat pensiun nanti, kira-kira kondisi anak-anak:

Pensiun saat anak-anak masih sekolah panjaang? insyaaAllah, nggak kuatir masalah rizki, justru saya excited membayangkan masih ada kesempatan untuk dekat dan mengurusi mereka langsung ketika saya pensiun di usia 45 tahun.. kalau nunggu usia 58 tahun, saya sudah nenek-nenek, dan anak-anak mungkin sudah sibuk dengan dunianya sendiri.. tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak *drama



kegiatan saat pensiun 
saat pensiun saya ingin setidaknya:

  1. merawat anak-anak, menjadi teman belajar dan curhat mereka, menjadi ahli gizi mereka dan konsultan untuk apapuun buat mereka yang sudah mulai dewasa dan remaja;
  2. menjadi guru SD sukarela di sebuah pelosok negeri - atau di kampung halaman untuk beberapa bulan.. mungkin pindah-pindah desa will be nice ya.. sekalian traveling seluruh Indonesia gitu. ini cita-cita banget dari jaman masih kecil.. oke, sebenernya saya pengen punya sekolah dengan kurikulum sendiri macem sekolahnya tottochan itu, tapi baru sebatas pengen sih, belum sampai ngerencanain bener-bener. who knows kan ya
  3. tetep aktif ngeblog dengan konten yang lebih berbobot.. biar otak tetap aktif dan update gitu
  4. punya kos-kosan! ini mah wajib ya biar pensiun lebih indah dan nyaman
  5. memanage beberapa bisnis franchise dan usaha lainnya;


persiapan menuju pensiun
okay, setelah tau bahwaaa saya punya target pensiun di usia 45 tahun, dengan beban finansial yang masih lumayan, dan beberapa hal yang ingin saya kerjakan, pastinya saya sadar bahwa saya tidak boleh hanya mengandalkan hidup yang mengalir.. tentu harus ada ikhtiar yang luar biasa agar nanti pas udah pensiun nggak bingung kesana kemari membebani keluarga besar, anak atau kenalan.. ah.. atau udah pensiun malah nyari-nyari kerjaan lagi.. semoga enggak yaa..
jadi, dari sekarang saya dan suami memang sedang mulai bisnis kecil-kecilan. Kalau teman-teman pernah baca di tulisan saya yang berisi alokasi-alokasi anggaran keluarga, disana kami memiliki budget untuk investasi sebesar 33% dari percentage cost, naah anggaran ini kami fokuskan untuk memulai bisnis, bukan untuk beli surat-surat berharga atau emas-emasan gitu.. diantara bisnis yang sedang kami rintis dan targetkan:

  1. Lego Corner (active): alhamdulillah kami sedang bekerja sama dengan Trans Studio Mini Semarang membuka tempat bermain lego untuk anak-anak, semoga kami bisa buka di cabang-cabang lain yaa tahun ini.. aamiin..
  2. Bolu Kapas - oleh oleh khas Malang (on progress): berawal dari maraknya oleh-oleh ngehits di berbagai daerah, kami memang pengeeeen banget bisa punya usaha oleh-oleh seperti ini. alhamdulillah pucuk dicinta ulam pun tiba, kami mendapatkan tawaran kerja sama untuk usaha satu ini.. saat ini sedang tahapan cetak kardus untuk packagingnya. doakan semoga lancar dan laris manis ya.. aamiin..
  3. Jasa tenda membrane (active): ini kerja sama dengan kakak ipar teman suami (halah) jadi tiap ada proyek pembangunan tenda membrane, kami ambil bagian untuk suntikan modal dengan bagi hasil usaha yang telah disepakati. akadnya Mudharabah.
  4. franchise pengiriman barang (next): ditengah maraknya jual beli online, sayang banget kaan kalau kita nggak ambil bagian? naah.. kami sudah lama melirik untuk ikut andil dalam pengiriman barang ini, tapi belum action sih.. teman-teman pengen  juga? silakan ^^
  5. franchise makanan (next): ini juga menggiurkan. hahaha.. tentunya bukan makanan yang ngehits sih, kami lebih ingin punya franchise makanan yang tidak lekang dimakan usia, bukan yang musiman.. 
  6. export produk tertentu (to be discussed): ini masih masuk dalam wacana ya, karena kami belum mempelajari tentang per export import-an.. tapi kalau bisa menambah bobot neraca export negeri ini, ditambah tentunya memberikan value added bagi produk lokal kita, kenapa enggak kan?
  7. usaha padat karya di kampung halaman (to be discussed): balik deso mbangun deso.. ini juga salah satu cita cita saya. semoga seiring berjalannya waktu bisa dapat ide yang kece dan long lasting ya.. aamiin
  8. kos-kosan! (next): ini wajibbbb!!! minimal 10 pintu.. aamiin! di daerah yang deket kampus atau perkantoran. entah kenapa saya masih pengen jogja atau solo.. mana-mana aja ya.
Naah.. semoga ini bisa membuat teman-teman mulai mempersiapkan diri ya, at least punya bayangan gitu kalau nanti udah pensiun di usia 58 tahun (atau lebih cepat) bisa mengkondisikan diri dan keluarganya.
btw, sebenarnya di kantor juga ada sih diklat persiapan purnabhakti, tapi diklatnya biasa dilakuin 2 tahun sebelum pensiun.. yaa kan udah terlanjur lupa persiapan diri kalau saya mah.. hehe..
yuk lah, rencanakan hidup kita sebaik-baiknya, semoga ikhtiar dan doa-doa kita bisa mendapatkan ridho Allah SWT untuk menggerakkan penghapus-Nya, dan memperbaiki rencana kita menjadi takdir yang jauh lebih indah.. aamiin 

Selasa, 07 Januari 2020

Hijrah Finansial #3: Prinsip-prinsip dalam Mengelola Keuangan Keluarga

kelanjutan dari series #HijrahFinansial, saya ingin sharing tentang bagaimana prinsip pengelolaan keuangan keluarga kami, semoga bisa diambil hikmahnya yaa..
1. "Rizki itu sudah PASTI. Keberkahan lah yang kita cari"
pertama kali saya tau quote ini dari Ibu Septi, foundernya IIP: Institut Ibu Profesional.
quote ini ngena banget di hati saya, dan telah menjadi prinsip utama dalam keluarga kami, bahwa rizki yang kami terima dari Allah SWT sudah merupakan hal yang pasti dijamin oleh Allah SWT. takarannya sudah pasti segitu. semangat mencari rizki itu harus! tapi menjemput rizki yang berkah itu HARUS BANGET. Dengan begitu, kami lebih insyaaAllah tidak akan tergoda buat lirik kanan kiri yang memang bukan hak kami.. kami belajar untuk lebih hati-hati pada rizki yang kami bawa pulang: gratifikasi bukan? hak kita bukan? halal nggak? thayib nggak?
contohnya, saat jaman dulu uang taksi untuk dinas luar dibayarkan sesuai dengan standar biaya minimum, maka saya akan memastikan hanya uang senilai yang saya keluarkanlah yang saya terima. sisanya kalau bisa akan saya kembalikan. kalau nggak bisa ke negara, akan saya sumbangkan. intinya nggak akan saya bawa pulang laah.. pernah tuh suatu ketika saya lupa mengeluarkan selisih uang transport yang 100rb, alhamdulillah Allah begitu sayang pada saya, hingga akhirnya saya kehilangan uang 100rb. Allah masih menjaga kami... alhamdulillah..
contoh lain, ketika ada teman yang kebetulan waktu itu saya yang ditugaskan untuk mengurus kepindahan beliau mutasi ke daerah, eh teman ini tiba-tiba memberikan saya hadiah - untuk anak saya.. saat bercerita ke suami, saya diingatkan dengan pertanyaan "apakah jika bunda tidak melakukan pekerjaan itu (mengurusi kepindahannya), dia akan memberikan hadiah ini? apakah teman-teman bunda yang lain juga mendapatkannya?" well.. saya rasa teman saya memberikan itu karena saya membantunya, jadi saya dengan meminta maaf mengembalikan hadiah tersebut. suami saya selalu bilang "nilainya nggak seberapa, tapi kalau nggak halal, repot di kitanya.."
betul ayaaah :")

2. Say NO to RIBA dan Asuransi
Adalah menjadi bagian dari tamparan yang membuat kami berhijrah finansial yaitu kesadaran untuk melek RIBA. memang kami belum bisa 100% lepas dari riba karena kami juga masih menggunakan bank conventional untuk menerima gaji kami, belum lagi dengan uang elektronik yang masih ada berbagai kontroversi tentang unsur riba enggaknya.. tapi RIBA yang kami maksud disini adalah kami nggak akan menggunakan kartu kredit atau terlibat pinjam meminjam atau jual beli yang mengandung unsur riba di dalamnya.
Sedangkan asuransi (kecuali BPJS yang emang udah default dari kantor - dan asuransi gratis dari kantor suami), kami juga insyaaAllah tidak akan mengambilnya. Kenapa? kembali ke bukunya Saptuari "kembali ke titik nol", bahwa asuransi ini mengandung Gharar alias keragu-raguan - gambling - potensial untuk merugikan salah satu pihak.. Jadi, yaa kami nggak mengansurasikan mobil kami (dengan segala risikonya), nggak ambil asuransi pendidikan (jadi kami menabung tiap bulan untuk pendidikan anak-anak), dan nggak ngambil juga asuransi kesehatan lain (selain BPJS dan gratisan dari kantor suami).
Oiya, untuk kartu kredit, dengan berbagai penawarannya yang menggiurkan ituuu,, kami memang sudah sepakat untuk sama sekali tidak menggunakannya. ya karena ada unsur ribawinya itu tadi. inget banget di bukunya Saptuari bilang kalau akad denda di kartu kredit itu sendiri yang menjadikan kartu kredit ini riba, sekalipun kita selalu bayar tepat waktu. contohnya gini: kalau dalam seminar, si pembawa acara bilang "ibu-ibu, ngumpul di sini jam 1 ya, buat yang telat nanti akan dicium sama peserta yang cowok". inilah akad. walaupun kita yakin bakal nggak telat, tapi tetep aja kalau ada perjanjian kaya' gitu sama pembawa acaranya, emang kita mau? pasti kita nggak mau laah yaaa.. jadi gimana donk kalau butuh kartu kredit? alhamdulillah sejauh ini belum butuh sih.. dan apa ya, buat saya yang pada dasarnya nggak bisa liat SALE SALE SALE hahaha.. kalau ada kartu kredit bisa-bisa malah nggak bisa ngatur belanja.. alhamdulillah..

3. Ada sama dimakan, nggak ada sama ditahan = alias jangan ngutang!
alhamdulillah setelah menyelesaikan hutang, saat ini kami nggak punya hutang finansial, dan insyaaAllah kami bertekad untuk nggak akan ngutang. yaa kalau uang kami belum cukup untuk membeli rumah baru atau merenovasi rumah, ya kami nggak akan maksain diri buat minjam. Nabung dulu, kalau sudah cukup baru eksekusi.

4.  Taat Budgeting!
selain jangan ngutang, kami juga harus Taat Budgeting, baik untuk anggaran di bulan berjalan, maupun atas pengelolaan tabungan. kalau dalam keuangan negara biasanya kita bilang "ada pagunya nggak?" kalau mau beli sesuatu. Pun dalam pengelolaan keuangan keluarga, sebelum membeli sesuatu, kami harus cek, ada pagunya nggak? kalau nggak ada ya nggak usah beli.. Eits.. kalau nggak ada pagunya tapi urgent gimana donk? hehe.. revisi DIPA #halah..  bisa pakai dana darurat sih, tapi harus bener-bener kuat alasannya yaa.. bukan semata-mata lapar mata gitu. ataaau kalau bener-bener nggak ada anggarannya dan memang pas nyusun pos anggaran kemarin kita nggak kepikiran, ya sementara diambil dari tabungan dulu, tapi di bulan depan kita masukkin "mata anggaran" itu. jadi nggak keasyikan atau seenaknya sendiri eksekusi anggaran yang nggak terencana..
tentang nggak ada pagunya ini kami punya pengalaman, diawal kami nggak menganggarkan untuk bayar pajak mobil motor dan servicenya.. hahaha.. pede amat yak.. hingga pas waktunya mbayar, kami bingung ini mau diambil dari manaa.. karena sisa uang di dana darurat pun nggak nutup.. akhirnya kami ambil dari tabungan investasi kami, dan di bulan depannya kami munculin pos buat tabungan mbayar pajak dan service untuk nantinya kita bayarkan di periode pajak tahun depan.. tax amnesty ceritanya, ditalangin pakai LPS.. haha

5. Investasi boleeh, tapi yang halal yaa
mengelola tabungan - apalagi karena kami nggak pakai asuransi - harus hati-hati. kami sadar sih kalau dari sudut pandang ekonomi, secara time value of money nya kalau nggak pakai asuransi (pendidikan misalnya) bakal jauh banget. Agen asuransi pasti bakal menggoda kami dengan "kalau ibu membayar premi sekian tiap bulan, maka saat anak ibu sekolah nanti ibu akan mendapatkan blablablablablabla.." tapiiii, kami yakin, Allah SWT yang Maha Kaya, maka kami nggak akan kuatir nanti nggak bisa nyekolahin anak kalau nggak ikut asuransi, yang penting kami ikhtiar dengan menabung ini..
Naah, untuk tabungan anak-anak (biaya sekolah) memang belum kami investasikan ke mana-mana.. idealnya mungkin kami tabung jadi emas ya.. hehe.. tapi sementara ini masih kami tabung dalam bentuk uang..
sedangkan untuk tabungan investasi, kami "puter" dalam beberapa jenis usaha. bisa dilihat di postingan tentang rencana pensiun kami.. hehe..
intinya, dalam mengambil keputusan untuk investasi, kami juga akan ngeliat ini halal nggak.. belajar itu wajib. ya kali kita pengen selamat dunia akhirat tapi nggak mau belajar kan? orang pengen lulus sekolah aja kita belajar. contoh:

  • nabung emas -> pelajari gimana hukum jual belinya. apalagi sekarang lagi marak tuh nyicil emas, nabung emas, arisan emas.. hmm.. sependek yang saya pelajari, kalau mau beli emas (batangan), maka uang dan barang harus kita terima pada hari yang sama, untuk menghindari gharar itu tadi. ghararnya gimana sih? misal kita bayar hari ini dengan nilai 500rb tapi emasnya kita terima besok pagi aja, bisa jadi harga emasnya udah 505rb atau 495rb alias udah berubah.. ada potensi pihak yang dirugikan, dan Allah SWT telah mengatur ini dengan clear.. silakan dipelajari yaa
  • obligasi, deposito, sukuk, sun? hmm.. ini saya belum belajar... tapi saya memang belum tertarik dengan yang semacam ini
  • merintis usaha atau franchise-an.. silakan pelajari ya, saya juga tertarik mempelajari ini..
intinya apa ya..
ehm.. mengelola keuangan rumah tangga itu harus seprofesional ngelola keuangan negara.. bener lho ini.. betapa sayangnya kalau kita punya ilmu tentang pengelolaan uang negara, tapi sama sekali kita nggak terapkan dalam pengelolaan keuangan kita..
buat yang single apa lagi,, hehe.. 
kapan-kapan saya tulis tentang "seandainya aku masih single" ya, sebagai perspektif dalam mengelola keuangan dan masa muda #halah #berasatua


Buku #1: Awe-Inspiring Me

Salah satu resolusi saya di tahun 2020 ini adalah "membaca 20 buku dalam satu tahun". apaa?? cuma 20 buku? hmm... mengingat tahun kemarin saya hanya menyelesaikan sekitar 5 buku, rasanya target 20 buku cukup achievable. Naah, buku pertama yang saya baca (atau lebih tepatnya saya selesaikan baca) adalah buku "Awe-Inspiring Me" karyanya mba Dewi Nur Aisyah.. sebelum sekilas ngebahas bukunya, saya mau ngasih testimoni dulu tentang sosok mba Dewi Nur Aisyah ini ya.. karena beliau memang salah satu muslimah yang inspiratif. terutama dalam mendidik anaknya. Mengikuti beliau di IGnya, saya merasa jauuuuuh dari sempurna dalam menanamkan nilai-nilai islam ke anak-anak saya. hiks.. mba Dewi ini sukses mengajari iman dan ikhsan ke anak gadisnya, tentang bagaimana berpakaian, bagaimana menjalankan islam, mencintai sesama, dll.. keren banget lah.. silakan cek sendiri aja di IGnya.
Mba Dewi ini, selain keren dalam mendidik anak, pun juga keren dalam prestasinya di dunia akademik. beliau dan suaminya sama sama dapat beasiswa ke luar negeri dan juga segudang prestasi dan manfaat lainnya (silakan lagi-lagi kepoin IGnya yang begitu inspiratif ya).. apalah saya yang apalah ini.. hahahahaha.. (ketawa miris)
Naah... tergodalah saya untuk membaca karya mbaknya yang berjudul "Awe-Insipiring Me" ini. beli bukunya? alhamdulillah enggak #eeh
saya pinjam dari perpustakaan kantor. Oiya, dalam resolusi 2020 ini memang saya targetkan untuk membaca ya, bukan membeli.. dan memang sesuai dengan prinsip keuangan saya - dan konmari - saya akan mikir seribu kali untuk membeli buku, kecuali buku itu memang bakal saya baca berkali-kali.

OK lanjut, jadi setelah meminjam buku ini beberapa minggu lalu, akhirnya saya berhasil selesai membacanya. buku ini saya baca sembari pumping, sembari nunggu suami, sembari sarapan, pokoknya sembari aja gitu..
Nah, secara garis besar, buku ini menceritakan tips-tips dari mba Dewi untuk memotivasi kita agar menjadi muslimah yang luar biasa. menjadi muslimah yang keren! tulisan di bawah judulnya jelas bilang "duhai Ukhti, Jadilah Luar Biasa!". disini, mba Dewi mengajak kita untuk merencanakan hidup kita. seperti apa yang dia lakukan.. mulai dari menyusun rencana jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, kemudian mendetailkan satu per satu, sertaaa tidak lupa untuk mengevaluasinya. Dalam buku ini mba Dewi juga memberikan notes-notes tentang bagaimana seharusnya muslimah bertindak, dalam mengelola masa mudanya, menghadapi kegagalan, tentang bagaimana mendekat pada Allah, dan bagaimana mengelola hati..
dengan bahasa yang cenderung puitis dan berima, mba Dewi menyampaikan pesan-pesannya dengan halus, bagus untuk mem-pukpuk diri yang mulai terlena pada ketidakbaikan, yang lupa dan lalai pada apa yang ingin kita asakan.. (halah kok jadi ikut2an berima).
Buat saya pribadi, buku ini pas banget momentnya dengan semangat saya saat ingin mencari beasiswa, apalagi di bagian yang menghadapi kegagalan. hehe.. maksudnya ya bagaimanapun setelah lama vakum dari dunia persaingan, saya sadar sih ada kemungkinan saya akan gagal dalam hunting beasiswa ini, dan saya harus siap menghadapinya. ready for the best prepare for the worst kan.. pas baca bab itu, saya jadi mikir "semoga saya berhasil.. seandainya gagal, semoga saya nggak segitunya merasa kecewa, dan bisa langsung bangkit seperti yang disampaikan mba Dewi disini."
jadi? jadii... buku ini OK dibaca untuk ukhti-ukhti yang mungkin kemarin merasa kehilangan arah, yang merasa nggak tau harus mulai darimana untuk memperbaiki diri.. semoga Allah SWT memberikan hidayah-Nya melalui buku ini ya..

Tantangan Kepegawaian #3: udah yakin mau resign? coba cara ini

setelah dulu saya pernah membahas kenapa saya memutuskan untuk nggak jadi resign, kali ini, saya punya sedikit saran yang mungkin bisa teman-teman coba ketika sudah berusaha memantabkan hati untuk resign, tapi masih ada tapinya.. hehehe..
tapinya apa? misal:

  1. mati gaya kalau udah resign;
  2. kangen ngantor;
  3. jangan-jangan kemantapan hati kemarin hanya emosi sesaat;
  4. ternyata suami mutasi jauh yang bikin kita tetep aja nggak bisa bareng suami
  5. dll
naah, kalau kamu masih semi ragu-ragu gitu, tapi tetep pengen nyobain dulu, saran saya, coba ambil alternatif ini:

  1. Ajukan cuti besar : 3 bulan. cuti besar ini bisa kamu ambil jika masa kerjamu sudah 5 tahun ya.. nah dalam 3 bulan masa cuti besar ini, coba hayati baik-baik, apakah resign adalah hal yang memang kamu butuhkan? dengan segala rutinitasnya, apakah kamu bisa menikmatinya tanpa penyesalan?
  2. Ajukan cuti di luar tanggungan negara : emang boleh? yaa tentunya dengan memastikan kita memenuhi syaratnya ya.. sebagaimana diatur dalam perka BKN no. 24 tahun 2017, PNS yang memiliki masa kerja minimal 5 tahun bisa mengajukan cuti di luar tanggungan negara, dengan alasan: ikut suami/istri tugas negara/tugas belajar/bekerja, menjalani program hamil, mendampingi anak berkebutuhan khusus/suami/istri/anak yang memerlukan perawatan khusus, atau mendampingi ortu/mertua yang sakit/uzur. lamanya? 3 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun.
  3. kalau sudah mengajukan cuti-cuti di atas dan akhirnya tetap mantab dan menikmati segala rutinitasnya setelah tidak bekerja.. yaa silakan saja untuk lanjut resign..

proses resign sendiri - untuk PNS - sebenarnya terbilang cukup mudah kok, tahapannya:

  1. pertama-tama, wajib ngadep dulu ke atasan, ngobrol-ngobrol gitu lah.. karena gimana pun yang akan terdampak langsung ketika kita resign adalah atasan langsung kita;
  2. selanjutnya ajukan surat permohonan resign berjenjang, tentunya uraikan alasannya;
  3. ikuti exit interview, biasanya sih isinya nggak jauh-jauh dari pertanyaan kenapa kamu mau resign, rencana kalau udah resign mau ngapain, dan sederetan pertanyaan lain yang inti sebenernya ngebantu kamu biar kamu nggak nyesel kalau resign;
  4. tetep kerja sampai dengan SK pemberhentianmu keluar.. masuk kerjanya dulu baik-baik, yaa harusnya keluar juga dengan baik-baik ya, karena kalau kamu nggak ngantor setelah nyerahin surat resign, otomatis setelah 46 hari kerja kamu bakal dikeluarkan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri - alias dipecat. risikonya apa? one day kamu berubah pikiran dan pengen PNS-an lagi, enggak bisa..
  5. sekitar paling lama 3 bulan insyaaAllah SKnya keluar.
nah.. semoga teman-teman yang ingin resign diberikan kemudahan dan kelancaran ya..
pesan saya sih, jika ingin resign untuk mengurus keluarga, sungguh itu adalah hal yang sangat mulia.. jangan pernah sekali-sekali berfikir bahwa nanti teman-teman hanya seorang ibu rumah tangga.. kalian adalah menteri keuangan keluarga, menteri pendidikan, tak hanya koki handal tapi juga ahli gizi keluarga.. berkarir sebagai ibu seutuhnya itu KEREN. jadi jangan jadi IBU yang biasa-biasa aja..
insyaaAllah kalau rizki udah jaminan Allah SWT.

Semangat!!
This entry was posted in

orang-orang berubah? hmm.. kita PUN berubah.

sebuah random thought berlarian di otak..
ada kalanya saya merasa orang-orang di sekitar saya, pun dalam kehidupan saya berubah. mereka yang dulu begitu dekat menjadi serasa orang asing. saling menyapa pun tidak. orang-orang menjadi makin dewasa - tua - dan sibuk dengan diri masing-masing.
orang-orang?
hmm... bisa jadi orang lain pun berpikir serupa. kita adalah bagian dari orang orang - pada sudut pandang orang lain. dan kita juga sudah pasti berubah.

perubahan itu pasti, entah berapa banyak quote yang mengambil tema perubahan ini.
saya, yang pasti, akhir-akhir ini begitu menyadari bahwa diri ini berubah:

  1. dulu, saya berencana untuk resign mengurus keluarga, begitu bersemangatnya dan serius memikirkannya.. hingga seiring berjalannya waktu dan melalui proses berfikir, akhirnya saat ini saya justru makin mantab untuk bekerja. - dan pensiun dini di usia 45 tahun-
  2. dulu, saya berfikir untuk bekerja sewajarnya saja, nggak perlu kuliah lagi. hanya akan kuliah untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai ibu.. boro-boro mikir mau ambil beasiswa. ah ya.. lagi-lagi Allah SWT yang Maha Membolak-balikkan hati manusia, akhir tahun lalu hati ini tergerakkan untuk berusaha mencari beasiswa.
  3. dulu, kami berfikir yang penting punya rumah dulu.. jauh pun OK, daripada ngontrak.. kemudian, Allah SWT menggerakkan hati ini untuk akhirnya ngekos di Jakarta Pusat yang deket kantor, dan meninggalkan rumah kami disana. Ah ya, setelah beberapa bulan lalu kami gencar mencari rumah di Jakarta Pusat,,, eh beberapa waktu lalu kami sempat melirik untuk punya rumah lagi di pinggiran.. masyaaAllah... hehehe..
ituu baru sedikit contoh betapa Allah SWT Maha Membolak-balikkan hati hamba-Nya.. sungguh mengajarkan saya untuk tidak JUMAWA dengan rencana diri karena Allah SWT adalah Sebaik-baiknya Penentu hidup kita.
eits.. tapi jangan hal ini menjadi patokan kita untuk membiarkan hidup ini mengalir begitu saja tanpa rencana yaa.. saya justru makin percaya untuk "membuat rencana hidup yang indah" dan berusaha sebaik mungkin untuk mencapainya.. kenapa? karena ikhtiar kita lah yang nantinya semoga akan menjadi pertimbangan Allah SWT dalam mengubah takdir hidup kita.. saya percaya sih, kalau rencana hidup yang kita susun aja sudah begitu indahnya, apalagi rencana yang sudah Allah SWT gariskan untuk kita.. wuiiih.. pasti nggak kebayang gimana kerennya. dan sudah pasti ada jaminan "YANG TERBAIK UNTUK KITA".

jadi?
yaa. jadi itu tadi.. hehehe..

Senin, 06 Januari 2020

Tantangan Kepegawaian #2: Mutasi Pegawai

mutasi pegawai.. wow!
bahasan yang cukup seksi ya, karena berkaitan dengan pindah memindah pegawai..
perlu nggak sih mutasi pegawai itu? gimana seharusnya mutasi pegawai yang ideal?
yuk kita bahas..

Mutasi pegawai didefinisikan sebagai salah satu media pengembangan pegawai, dengan memindahkan pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain. Mutasi pegawai bisa horizontal (di jenjang jabatan yang sama) maupun vertikal (ke jabatan yang lebih tinggi atau lebih rendah). Mutasi, untuk kantor yang memiliki instansi vertikal tentu juga berarti memindahkan pegawai dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Tujuan Mutasi?
minimal tujuan mutasi itu ya:

  1. mengembangkan pegawai -> seperti definisi mutasi di atas, idealnya dengan dilakukannya mutasi, pegawai sebagai aset penting organisasi bisa berkembang menjadi lebih baik;
  2. meningkatkan kinerja organisasi ->  dengan pegawai dimutasi, harapannya pegawai tersebut bisa berkontribusi untuk meningkatkan kinerja organisasi;
  3. mencegah pegawai terdemotivasi/bosan -> berada di tempat yang sama selama bertahun-tahun bisa jadi membosankan kan.. berada di zona nyaman terus-terusan bisa membuat pegawai menjadi "lupa" untuk men-challenge dirinya sendiri.


Idealnya, mutasi mempertimbangkan beberapa hal, minimal:
  1. Regulasi. sebelum kemana-kemana, mutasi harus memiliki regulasi yang jelas. regulasi ini memuat setidaknya: masa kerja minimal agar dapat dimutasi, pola/alur mutasi, dan mekanisme mutasi. hal ini penting untuk memberikan pegawai kepastian dan ruang untuk merencanakan hidup dan karirnya.
  2. Kompetensi, atau bahasa simpelnya keahlian pegawai. Ketika kita merekrut pegawai, tentunya ada requirement keahlian yang dipersyaratkan.. anggaplah pegawai yang lolos merupakan pegawai yang memenuhi requirement keahlian dasar. Seiring berjalannya waktu, idealnya pegawai tersebut memiliki keahlian (kompetensi) tertentu - atau minimal keahlian yang lebih dibandingkan keahlian dasar tadi. Kompetensi ini bisa didapatkan baik dari pelatihan/training, atau dari pengalaman yang dia dapatkan selama bekerja. tentunyaa ada nilai "investasi" baik berupa finansial (biaya training) atau waktu. Naah ketika akan memutasikan pegawai, sudah hal WAJIB bagi kita mempertimbangkan "pegawai ini bisanya apa", sehingga dengan pindahnya dia ke tempat yang baru, si pegawai bisa berkontribusi positif di unit yang baru, sekaligus "investasi" yang telah kita tanamkan pada pegawai tersebut tidak hilang percuma.
  3. Minat pegawai atau passion adalah bidang kerja yang pegawai sukai. yang secara umum akan membuat pegawai bersemangat ketika mengerjakannya. simpelnya "siapa sih yang nggak seneng kalau mengerjakan sesuatu yang dia sukai?". tapi tentu saja, menuruti minat/passion pegawai semata tentu bukan satu-satunya tools yang digunakan untuk memutasi pegawai. tetap kinerja organisasi harus menjadi pertimbangan. Naah, dalam hal ini, unit yang menangani SDM WAJIB melakukan survei secara berkala untuk mengetahui minat pegawai.
  4. Masa kerja. masa kerja adalah salah satu pertimbangan (tapi bukan pertimbangan utama). dalam PP 11 tahun 2017 tentang Manajemen PNS, mutasi pegawai diatur untuk dilakukan pada pegawai dengan masa kerja 2 s.d. 5 tahun. ukuran yang make sense jika mempertimbangkan bahwa 2 tahun adalah waktu yang cukup bagi seorang pegawai untuk memiliki suatu keahlian tertentu - dan 5 tahun adalah waktu yang cukup lama bagi seorang pegawai untuk merasa jenuh. Naah tapi, tentu akan lebih ideal ketika dilakukan jajak pendapat dulu untuk pegawai dengan masa kerja di atas 5 tahun, apalagi khusus untuk pegawai dengan keahlian tertentu. mengapa? karena semakin lama pegawai bekerja, bisa ada 2 kemungkinan: yaitu: pegawai itu makin expert dan mencintai pekerjaannya.. atau pegawai itu expert tapi jenuh dengan pekerjaannya;
  5. home based: alias daerah asal. mutasi pegawai ke daerah asal bisa jadi merupakan harapan sebagian besar pegawai. hehe.. betapa nyamannya bekerja di lingkungan yang sudah kita kenal sejak kecil dan dekat dengan keluarga. Jadi, mutasi pegawai ke daerah asal memang bisa menjadi pertimbangan. Tapi.. perlu diingat, bahwa harus ada ukuran dan penilaian kinerja yang baik untuk pegawai yang ditempatkan di daerah asal. Kenapa? karena kita wajib menjaga agar pegawai kita tetap berkinerja dengan baik. dan tentunya menjaga agar pegawai lain yang nggak ke homebased tidak cemburu. "enak bener udah di homebase kerja bisa asal-asalan"
Naah dengan mempertimbangkan 5 hal di atas, semoga kebijakan mutasi pegawai bisa lagi-lagi menjadi solusi bagi organisasi dan tentunya meningkatkan kinerja pegawai. pada akhirnya diharapkan mutasi sebagai alat untuk mengembangkan pegawai pun dapat benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya.

Hot Issue bout Mutasi:
1. mutasi sebagai bentuk pembinaan pegawai bermasalah:
Membina pegawai yang bermasalah salah satunya bisa dengan mutasi pegawai, dengan catatan:

  • mutasi merupakan  konsekuensi dari pelanggaran hukuman disiplin berat, sehingga pegawai dikenakan hukuman "dicopot dari jabatannya";
  • mutasi merupakan bentuk pembinaan bagi pegawai jika ATASAN dari si pegawai sudah tidak dapat membina si pegawai. atasan? Yups.. karena atasan itu ibarat orang tua, every manager is HR manager.. sehingga ketika atasan (orang tua) tidak dapat membina bawahannya (anak) maka bawahan tsb (anak) dapat dicarikan atasan baru yang lebih potensial untuk membina. selain itu, jika kita kembali pada proses rekrutmen, maka setiap pegawai tentunya telah memiliki skill. pegawai seharusnya memiliki keahlian positif. saya sih percaya bahwa sebenernya nggak ada pegawai yang bodoh.. mungkin dia berada di lingkungan yang belum tepat aja.
2. mutasi pegawai sebagai senjata/ancaman agar pegawai meningkatkan kinerjanya? it's a BIG NO!
Adalah sebuah statement yang tricky sekaligus bunuh diri ketika suatu pimpinan unit organisasi menjadikan mutasi sebagai senjata/ancaman agar pegawai meningkatkan kinerjanya.. "kalau kerjamu nggak bagus, kamu saya pindahkan ke PAPUA" misalnya..
kenapa? karena.. hal ini dapat:

  • memberikan stigma negatif sistem mutasi dan pegawai yang dimutasi. ketika ada pegawai yang dimutasi (dan bukan ke homebased) maka pegawai lain akan auto mikir: emang dia kenapa? emang dia bikin salah apa? emang dia kerjanya nggak bener? yups.. mutasi dianggap sebagai hukuman.
  • memberikan stigma negatif kepada unit/daerah tertentu tujuan mutasi sebagai tempat mbuang orang yang kerjanya nggak bagus.
  • demotivasi pegawai. dengan ancaman yang sesekali terlontar tadi, pegawai bisa jadi terdemotivasi. alih-alih bekerja lebih baik, once pegawai melakukan kesalahan, pegawai justru berpotensi untuk tidak memperbaiki diri, karena sudah "optimis" bakal kena mutasi.. tamat sudah riwayatku - gitu kira-kira.
3. mutasi ke daerah asal (homebased) adalah privilege
tidak dapa dipungkiri, karena pada prinsipnya mutasi ke homebased adalah harapan segala bangsa, maka apabila akan memutasi pegawai tertentu ke homebased, terutama untuk daerah yang banyak peminatnya, harus dilakukan dengan begitu selektif. kalau perlu, benar-benar jadikan ajang seleksi. Jadi semacam ada seleksi terbatasnya gitu. pegawai yang ingin ke daerah silakan meng-apply suatu proposal project perbaikan apa yang ingin mereka kerjakan di daerah.  dan nanti diseleksi.. apakah perlu wawancara atau tidak ya liat kebutuhannya saja. Dengan begitu ada rasa fairness yang dirasakan oleh pegawai lain, bahwa bukan pegawai-pegawai tertentu saja yang boleh minta kembali ke homebased.


apa lagi ya,, ya ntar kalau kepikiran lagi saya update..
ada masukan untuk saya bahas?

This entry was posted in

Jumat, 03 Januari 2020

selamat 1 tahun, IZAN!

hari ini Izan tepat 1 Tahun. otomatis memori saya akan terflashback ke masa 1 tahun lalu, saat si bocah kecil ini lahir.
eh sebelum izan lahir. mari kita flashback:


kehamilan izan
di kehamilan izan, alhamdulillah mamak setrong.. nggak ada cerita pinggang encok atau mual munte. mungkin juga karena mamak udah terbiasa hamil (halah) atau karena jarak tempat tinggal kami yang deket. iyaa, karena hamil izanlah kami memutuskan untuk pindah ke apartemen, biar lebih deket ke sekolah anak-anak. Nah, yang seru adalah izan ini aktif bener di perut. sampai usia kehamilan 38 minggu si izan masih muter melintang untuk ketiga kalinya. yang artinya untuk ketiga kalinya izan diputer sama Dokter Hakim. Padahal, waktu izan diputer untuk kedua kalinya, dokter hakim udah bilang kalau izan melintang lagi udah nggak boleh diputer, harus disesar.. udah sedih aja mamak.. Bahkan sekelas dokter Hakim yang hampir nggak pernah sesar orang aja udah bilang harus sesar.. yaa emang nggak bisa sih ngelahirin bocah kalau bocahnya melintang di perut.. alhamdulillah.. pas untuk ketiga kalinya melintang, izan masih mau diputer.. dan nurut.. dengan catatan, pekan depan dicek lagi untuk menentukan siap lahir normal atau sesar (kalau izan muter maning). seperti biasa, dokter hakim meyakinkan kami bahwa tiap bayi mencari posisi nyamannya sendiri.. tapi kaan.. izaan kamu udah 38 minggu.. harusnya udah anteng di perut.. asli nggak kebayang gimana serunya ni bocah kalau udah lahir. hahaha..



Menjelang Lahiran
Jadiiii.... waktu itu di hari selasa minggu ketiga bulan Desember, saat bertemu dengan dokter Hakim, saya sempet "ngebet" pengen lahiran lebih cepet. di bulan desember aja, tanggal 20 kalau bisa biar samaan kaya' saya. Kenapa? karenaa.. mengingat usia kandungan yang udah diatas 37 minggu, dan pengalaman kakak-kakaknya izan dulu lahirnya di usia 37-38 minggu, saya ngerasa lebih baik lahir cepetan.. lah daripada izan lahir di puncak desember di atas tanggal 28-an.. kan nyesek.. beda 3 hari sama bocah lain yang lahir di Januari tapi bakal bikin kesan izan tua-an setahun.. tapi lagi-lagi dokter Hakim mencerahkan dengan bilang "kalau dedeknya sudah siap keluar, dia akan memberikan tanda. jadi walaupun mau diinduksi, dokter tetep ngliat kesiapan si dedek.." gitu sis.. jadi nggak semata-mata asal udah masuk minggunya trus diinduksi. Dokter Hakim juga berkeyakinan si bocah bakal lahir di Januari. Biar mudaan setahun.
baiklaah.. mamak nurut..


Hari Lahirmu, Nak
tanggal 31 Desember 2018 saya masih ngantor. usia kandungan udah 40 minggu lebih.. masih gesit, masih aktif, nggak encok. alhamdulillah.. orang-orang juga nggak ngira kehamilan ini udah diujung waktunya. tanggal 2 Januari 2019 saya mulai cuti melahirkan, karena memang hari itu dijadwalkan untuk induksi persalinan. Kenapa diinduksi? yaa memang kalau sama dokter Hakim biasanya lahiran terencana seperti ini.. biar si janin nggak kelamaan juga di perut. karenaa kalau udah terlalu lama bisa berpotensi kegendutan, atau kriput karena kurangnya nutrisi.
2 Januari 2019 hari Rabu saya masuk rumah sakit ditemani suami. Yaya' dan Kakak di rumah sama uti. dan ternyataaaa.. ada sekitar 8 orang yang juga dijadwalkan lahiran hari itu. konon sejak pasien BPJS dilayani di RS Thamrin yang notabene adalah RS Swasta, pasien yang lahiran jadi bejibun..
Sekitar jam 11an saya mulai diinduksi untuk pertama kalinya, dan memang agak lambat sih prosesnya karena mba susnya sibuk bangeeet..
ah iya.. proses bukaan lambat banget, saya yang sempat jumawa karena mengira anak ketiga bakal cepet lahirannya jadi agak waswas.. dan benar saja, sampai lewat maghrib pun bukaan nggak nambah-nambah.. 2 longgar saja. Fix hari itu kami menginap di RS. for the first time lahiran lewat hari. alhamdulillah kami mendapat kamar tindakan yang sendirian, ada TVnya dan ada ACnya sendiri, jadi lebih privat untuk kami istirahat..
singkat ceritaa, karena saya belum merasa ada perpecahan ketuban, dan belum adanya tanda-tanda flek darah, jadilah saya masih mondar mandir pipis ke kamar mandi ditemani suami.
tau-tau, jam setengah 7 udah mules hebat aja, jam 7 si bayi lahir tanpa bantuan dokter hakim..

iya, bayi mungil kami. mungil karena beratnya 2,78kg.. alhamdulillah.. pantesan Le kamu muter muter di perut. ternyata cilik dan lincah.. hahaha..
masih kerasa hangatnya hati ini kalau inget saat si mungiil lahir..
si mungil yang alhamdulillah tumbuh sehat dan mbul.. yang lucuk, yang iseng..

terima kasih Izan, kamu menyempurnakan keluarga kita.. doa terbaik kami selalu untukmu Nak!
:')

This entry was posted in

Kamis, 02 Januari 2020

Hijrah Finansial #2: tahapan Family Budgeting kami

Setelah di postingan sebelumnya diuraikan tentang bagaimana perjalanan hingga akhirnya kami memutuskan untuk berhijrah, disini akan saya ceritakan tentang bagaimana langkah-langkah yang kami ambil untuk mulai berhijrah.

langkah 1: pelajari dulu ilmunya!
Sebelum kesana, kami belajar dulu tentang:
  1. apa itu rizki? apa itu nafkah?
  2. bagaimana hukum istri bekerja?
  3. bagaimana hukum rizki yang diterima oleh istri yang bekerja?
  4. bagaimana ketentuan zakat dan kewajiban atas rizki?
  5. kemana sebaiknya membayarkan zakat, infaq, dan sedekah?
  6. bagaimana investasi yang baik menurut islam?
karena kami sadar, bahwa untuk memulai sesuatu yang benar, kami butuh ilmu yang benar pula. tentunya ilmu yang benar menurut islam. adab sebelum ilmu, ilmu sebelum amal. (hal-hal di atas kami pelajari dari youtube-nya ustad Adi Hidayat).

langkah 2: penyusunan Financial Budget Planning: Penentuan Pos-Pos keuangan
Setelah sepakat dengan konsepnya, saatnya kami menyusun financial budget planning. kami susun di googlesheet agar kami bisa bersama-sama mengecek kapan pun. pembagian pos kami seperti ini:

ketr:

  1. Data income ayah dan bunda, dengan ketentuan: tidak seluruh income masuk. misal penghasilan suami Rp8.750.000,- maka beliau saya persilakan untuk menentukan berapa nafkah yang akan beliau berikan ke saya, misalnya Rp 8.000.000,- begitupun untuk saya. mengapa? karenaa saya tidak ingin kami menjadi orang yang begitu cekak finansial atau ngerasa miskin sampai akhirnya nyari kesana kemari buat tambahan jajan.. saya sadar bahwa ada kebutuhan lain-lain yang tidak terduga macem diajak makan teman, harus nraktir teman, ada saudara yang butuh bantuan pribadi dsb..  eits tapi jangan salah, angka Rp 8.750.000nya tadi tetap harus saya ketahui, karena akan saya hitung berapa besarnya zakat mal yang harus dikeluarkan.
  2. Fix cost: menentukan komponen-komponen fix cost, yaitu biaya yang tetap harus kami keluarkan walaupun kami mengalami kenaikan atau penurunan penghasilan. diantaranya: SPP anak-anak, transportasi anak-anak, ART, biaya sewa apartemen, maintenance fee, dan parkir apartemen (untuk setahun kedepan yang dicicil tiap bulan), tabungan untuk uti dan adek ipar, tabungan anak-anak (karena kami tidak menggunakan asuransi pendidikan), dan tabungan kuliah (rutin tiap bulan, bisa kami gunakan kalau ingin kuliah, training, ikut les, ujian, dsb).
  3. percentage cost: ini adalah pos-pos pengeluaran yang besarannya tergantung dengan naik turunnya penghasilan kami setelah dikurangi fix cost. nilainya sudah ditentukan berapa persennya, jadi bisa naik bisa turun gitu tergantung income bulanan. diantaranya ada: ZIS, biaya makan, belanja bulanan, jatah sangu ayah bunda, entertainment, tabungan investasi, biaya listrik, air, bensin, gas, dan internet, pajak2 (dialokasikan tiap bulan untuk membayar pajak mobil dan motor tahun depan), dan dana darurat (buat jaga-jaga kalau ada kondangan atau pengeluaran tak terduga lainnya). detail masing-masing komponennya mungkin kapan-kapan kubahas yaa..
  4. perhitungan zakat mal: berdasarkan ceramah ustad adi hidayat, zakat mal disini dikeluarkan tiap bulan kepada 8 golongan yang wajib menerima zakat dengan besaran 2,5% dari seluruh penghasilan yang diterima (sebelum dikurangi segala pengeluaran/hutang). saya menggunakan prinsip ini, sehingga kenapa di poin 1 di atas saya tetap butuh berapa penghasilan bruto/real dari suami (dan saya sendiri). tentunya saya harus memastikan bahwa zakat mal ini dikeluarkan minimal senilai 2,5% dan kepada yang benar-benar berhak menerima.
  5. ZIS: Zakat infaq sedekah. walaupun besarannya sudah dipersentasekan, disini saya wajib memastikan agar nilainya tidak lebih kecil dari kewajiban zakat mal 2,5% pada poin 4. dari seluruh alokasi ZIS, saya harus memastikan zakat mal nya saya teruskan ke yang berhak menerima zakat. sisanya kami memilih "investasi" akhirat yang insyaaAllah menjanjikan seperti: lembaga yang mengurusi rumah quran untuk anak yatim, pembangunan sekolah-sekolah rusak, dll.
langkah 3: eksekusi!
karena saya adalah bendahara umum rumah tangga, maka seluruh dana operasional ada di bawah tanggung jawab saya. itulah mengapa, seluruh budget operasional berada di rekening saya, sedangkan budget tabung menabung jangka panjang ada di rekening suami. Jadi, tiap awal bulan yang terjadi adalah:

  1. kami setor angka yang akan kami masukkan dalam Family monthly budget kami
  2. saya akan memasukkan kedalam googlesheet dan membagikan linknya ke suami untuk direview.. biasanya sih suami lebih suka kalau saya capturein aja.. wkwk
  3. saya akan merekap berapa yang harusnya ada di rekening suami, yang berasal dari penjumlahan: sewa apartemen, maintenance fee + parkir, tabungan anak-anak, tabungan kuliah, entertainment, tabungan investasi, dan tabungan pajak2, pluuus jatah sangu ayah bulan itu.
  4. setelah dapat angka nomor 3, saya tinggal menghitung berapa yang harus saya transfer ke rekening suami, atau berapa yang harus suami transfer ke rekening saya.
  5. setelah ritual di atas selesai, mulailah saya eksekusi dan catat setiap pengeluaran di sheet kedua dari googlesheet itu.. sesimpel itu..
  6. di akhir bulan akan ketahuan kami masih punya sisa uang berapa (total sisa uang ya, jadi kami nggak serinci itu ngeliat sisa uang per komponen), naah sisa uang itu akan masuk ke pos DANA DARURAT yang ada di rekening suami. kapan setornya? awal bulan berikutnya sekalian itungan bulan bulan baru.
  7. Dana darurat yang di rekening suami itu biasanya kami pakai untuk service motor atau hal-hal tidak terduga yang tidak bisa kami akomodir dari budget bulan ini.
the rules:

  1. kami memang punya uang saku, dan itu bebaas mau kami habiskan atau mau kami kelola seperti apa.. enggak banyak juga btw, 700-800rb sebulan, tujuannya biar kami masih bisa "menikmati" penghasilan kami untuk diri kami sendiri.
  2.  segala penghasilan tambahan macem honor, uang makan, RDK apalah apalah tidak masuk ke perhitungan.. ya itu mah rejeki tambahan, silakan nikmati sendiri, yang penting jangan lupa buat dikeluarkan sedekahnyaa. kan itu hak orang lain yang dititipkan ke kita.
  3. komponen biaya "makan" meliputi seluruh biaya yang kami keluarkan untuk makan sehari-hari, termasuk untuk bekal ke kantor. naah kalau misalnya kami nggak bawa bekal gimana? tenaang, setiap nggak bawa bekal, kita bisa milih: mau beli makan bareng dan ditagihkan at cost (sesuai pengeluaran) atau beli makan sendiri (dengan kompensasi diganti Rp 20.0000,-). ini challenge sendiri sih buat saya biar rajin bawa bekel kalau mau punya sisa anggaran banyak..
  4. kalau ada temen atau saudara butuh pinjaman gimana? naah ini, tanpa bermaksud gimana-gimana ya, tapi beneran sih kami agak trauma kasih pinjem ke temen atau saudara karena sampai sekarang udah banyak yang nggak tertagih.. iya sih kalau cuman nggak tertagih, sayangnya hubungan pertemanan dan kekeluargaan pun jadi renggang.. jadi menjauh gitu.. kok jadinya banyak mudaratnya.. jadi kami sekarang mulai mempertimbangkan kalau ada yang mau minjem gitu.. bukan apa, daripada mudarat dan merusak silaturahmi kan.. naah memberikan pinjaman pun kami batasi hanya maksimal senilai dana darurat yang sudah kami alokasikan di awal bulan tadi. kalau lebih dari itu gimana? rapat dulu!
Apakah dengan alokasi "seribet" ini berasa hasilnya? alhamdulillah iyaaa... justru dengan pengelolaan keuangan yang saling terbuka seperti ini, kami nggak merasa cekak finansial, kami lebih bisa menikmati penghasilan kami tanpa kawatir kami nggak punya tabungan. kalau pengen jalan-jalanpun harus liat budget.. prinsipnya gini:

kalau ada budget: eksekusi. kalau nggak ada budget? ya tahan diri. say NO to hutang. daaan.. habiskan saja gajimu (sesuai alokasi).



Resolusi, penting?

sudahkah kamu membuat resolusi?
penting nggak sih bikin resolusi?


untuk saya pribadi, resolusi itu penting sih.. dan membuat resolusi pas tahun baru atau pas umur baru (habis ulang tahun) is a must (walaupun belum pernah segitunya saya memantau ketercapaiannya).. dasar aku mah,, tukang berencana.. hiks..
tapii.. seperti halnya tahun tahun sebelumnya, tahun ini saya begitu bersemangat untuk membuat 100 resolusi 2020.. oiya, biasanya resolusi saya susah terpantau karena saya bingung mau nulis dimana..
pengen sih punya buku agenda gitu, tapi kebayang ribet kalau harus bawa kemana-mana.. belum lagi kurang fleksibel karena nggak ada tombol search.
suatu ketika kepikiran ngetik di HP tapi yaa... tau-tau ganti HP, file nggak kebawa.
hingga akhirnya (entah kenapa baru kepikiran sekarang) saya menggunakan googlesheet. haha.. thanks google.
jadi saya bisa monitor dan update kapanpun dimanapun dengan HP saya.

balik lagi ke "kenapa resolusi itu penting?"

1. resolusi = menentukan tujuan!
hidup itu butuh tujuan agar kita tau akan kemana.. ibarat jalan kaki, saya nggak ingin jalan kaki tanpa tujuan dan tanpa target.. "yaudah jalan aja" rasanya bakal lebih membosankan jika dibanding "jalan sampai gedung A. sampai sekian kilometer, dst." begitulah kira-kira saya memaknai resolusi.

2. resolusi = menentukan target!
resolusi tahunan sama halnya dengan menentukan target pencapaian apa yang ingin kita capai dalam periode tertentu - dalam hal ini selama 1 tahun. jadi setelah tau tujuannya mau apa, resolusi yang detail sampai dengan ukurannya akan membuat kita lebih terarah dalam menjalani sesuatu.

3. resolusi = momentum evaluasi dan memperbaiki diri!
punya resolusi memberikan kita ruang untuk merenungkan hal-hal apa saja yang ingin kita perbaiki dari diri kita - dan bagaimana cara memperbaiki.
pernah nggak kamu menyesali waktu yang terbuang karena ternyata dalam setahun cuma berapa kali kita khatam alquran, atau cuma berapa kali kita puasa sunnah... tau-tau sudah ganti tahun aja gitu..
betapa sia-sianya 1 tahun yang kita lalui..
Naah, dengan membuat resolusi, dan monitoringnya, insyaaAllah paling nggak sejak awal tahun kita sudah introspeksi diri dan berbenah untuk memperbaiki diri.

4. resolusi = KPI alias IKU kita
kalau di kantor kita punya KPI untuk mengukur keberhasilan kinerja kita, kenapa untuk diri sendiri kita nggak punya? naah. resolusi ini tak beda dengan KPI  sih klo menurut saya. saya senang membayangkan nanti di akhir tahun akan dapat "rewards" kalau KPI  saya tercapai.
rewards? yuuppps.. biar resolusi menarik, jangan lupa buat nabung biar bisa ngasih rewards buat diri sendiri yaaa..

Nah, sekilas review bagaimana cara saya menyusun resolusi: sebenernya simpel aja:
1. bikin di googlesheet, biar bisa diakses kapanpun dimanapun, dan klo udah tercapai juga bisa langsung di coreet
2. bikin kategorinya: personal, family, work.
3. mulai tulis resolusi kapanpun kamu inget.. kasih ukuran yang jelas dan target waktu yang jelas juga. bikin monitoringnya kalau perlu yaa.. monitoring? iya.. jadi misal ada resolusi: ikut kajian tiap minggu: ya bikin checklistnya doonk, sekaligus resumenya gitu..
4.  rajin rajin di review!

semoga di 2020 ini, saya bisa mengusahakan dengan baik 100 resolusi yang sudah saya susun. semogaaa bisa tercapai 100%! aamiin..

BANJIR! pengalamanku..

Jabodetabek dilanda banjir 1 Januari 2020. yuups.. ini jadi tajuk utama dimana-mana. rame juga diperbincangkan di berbagai sosial media.
saya pribadi, alhamdulillah saat kejadian banjir ini tinggal di apartemen lantai 29. tapi saya sadaaar banget, justru ketika saya berada di tempat yang saya rasa aman, saya nggak boleh jumawa.. karena musibah bisa dimana aja kan.. keinget tempo lalu saat gempa bumi melanda ibu kota.. kami harus turun dari lantai 29 by tangga darurat sambil ngebawa anak-anak.. yang dampaknya selain bikin kaki auto pegel berhari-hari juga menyisakan trauma ke kakak gentza..
tentang banjir pun bukan hal baru buat saya, karena saat kami tinggal di puri bintaro indah-jombang-ciputat, setidaknya lebih dari 3 kali lah kami mengalami banjir.. sampai nggak ngitung, tapi  bisa dibilang tiap tahun.. komplek kami yang alhamdulillah aksesnya serba mudah, tetangganya ramah-ramah dan lingkungannya enak ituu berada tepat di sebelah "selokan" tol.. dimana tiap ujan deres, si air dari selokan tol itu ngisi komplek kami.. pertama banget kami tinggal disana di bulan Juni 2014, saya dan suami mengungsi demi melihat kulkas kami sudah ambruk dan tivi tabung gendut kami sudah berenang bebas di dalam rumah.. berbekal daster seadanya dan tas ransel berisi harta benda (halah), kami menyebrangi jalanan komplek yang banjirnya udah di atas lutut.. alhamdulillah pas udah nyampe tempat yang lebih tinggi, ada anak-anak muda nongkrong yang mau nganterin kami ke sekitar kampus stan. kami ngungsi ke kosan temen karena waktu itu kami nggak dapet penginepan (yaiyalah udah lewat jam 12 maleem)
di tahun 2015 pun setelah lahir Gentza, kami memutuskan untuk renovasi kecil-kecilan. sekedar bikin tanggul depan rumah biar air nggak langsung masuk. dengan kondisi keuangan yang cekak, kami memutuskan untuk mengajukan pinjaman syariah gitu ke kenalan teman.. Qodarullah kami dapat tukang yang nggak OKE, dan yang bikin nyesek adalah ketika proses renov belum beres, si banjirnya dateng lagi.. dan ternyataaaa... air masuk dari nat (celah-celah lantai). udah kaya' mata air di dalem rumah gitu lah. lemes asli.. dengan biaya renov yang mayan ternyata langsung udah terbukti nggak efektif.
Lepas dari itu, kami juga sempat meninggikan 1 kamar agar ada tempat pengungsian sementara kalau banjir. rencana untuk meninggikan rumah sih ada, tapi memang belum menjadi prioritas kami, dan kami juga sudah bertekat untuk melunasi seluruh hutang dulu. NO NO to RIBA atau hutang.
toh banjir nggak tiap hari kokk.. pikir kami begitu..
masih ada beberapa cerita lagi tentang banjir ini.. tapi balik lagi lah, intinya ya kami pasrah aja.. terakhir dulu banjir pas kami udah tinggal di apartemen.. 2 minggu setelah rumah banjir, kami pergi kesana buat "nguras rumah".
tanggal 1 kemarin, banjirnya lebih tinggi.. bahkan rumah tetangga yang udah ditinggiin pun kemasukan air. Saya dan suami yang sempat selintas pikir pengen balik tinggal di bintaro pun makin yakin kalau kami nggak akan balik tinggal di komplek itu.. walaupun aslinya sih sayang banget karena lingkungannya enak: deket masjid, tetangga asik, deket stasiun, akses ke jalanan juga enak, transportasi umum hampir 24 jam pula.. tapi yaa.. kami nggak pengen sedih ketika hujan turun. kami ingin seperti orang-orang yang disebutkan di al quran, yang bahagia saat hujan turun, karena hujan adalah rahmat.

semoga banjir ini segera surut ya..
dan semoga negeri ini mendapatkan solusi yang manjur untuk mengatasi bencana ini..
aamiin..

Oiya,, sekalian deh saya share tentang bagaimana menyambut banjir:

  1. kalau bisa sebenernya jangan beli rumah yang punya riwayat banjir. that simple. karena ketika banjir melanda asliii ribet banget dan tentunya akan menimbulkan kerugian materiil yang banyak. kita juga nggak akan tenang punya perabotan kalau ada potensi banjir di rumah kita;
  2. kalau udah terlanjur beli rumah yang banjir, niatkan buat renov rumah, ninggiin rumah, atau at least punya satu lantai/kamar buat pengungsian sementara jika banjir melanda..
  3. beli perabotan yang tahan banjir. Waktu itu, kami nggak beli lemari pakaian yang hancur kena air itu.. karena belum ada alokasi buat beli lemari kayu bagus, jadinya kami memilih lemari bahan plastik yang tahan air;
  4. sebelum meninggalkan rumah, minimalisir barang-barang ada di lantai, terutama untuk barang berharga;
  5. simpan barang-barang berharga (surat-surat berharga, tabungan, dll) pada 1 tas (kalau banyak ya ransel) jaga-jaga kalau kita harus ngungsi;
  6. stok makanan instan is a must. jangan lupa letakkan ditempat yang paling aman dari banjir.
gimana kalau daerah kita biasanya nggak pernah banjir trus tiba-tiba banjir?
yang ini namanya musibah ya... semoga kejadian ini bisa jadi perhatian kita bersama bahwa iklim memang sudah berubah, nggak ada salahnya kita well prepare, kan?
ready for the best, prepare for the worst.