Jumat, 14 Oktober 2011

Fatal

"Sebuah kalimat tanya basa-basi bisa menghancurkan semuanya.."
Aku lupa kapan terakhir kali aku menangis seperti ini.. Uhm.. Nggak.. Nggak bisa pura-pura lupa..
"Aku kuat!!!!"
Bahkan kalimat ini lebih terdengar seperti sebuah cibiran pada diri sendiri dibandingkan sebuah sugesti..


Aku belajar mengubah rasa kecewa menjadi sebuah simpati, mengubah rasa iri menjadi kata-kata bijak yang mengingatkanku untuk bersabar.. Bahwa Semua akan indah pada waktunya..


Well.. Aku pikir aku bisa seutuh kopi.. Ah..Ternyata aku selemah telor.. Bukannya menjadi semakin bijak, keadaan ini justru membuatku menjadi jahat..
Aku menjadi sosok yang egois.. Yang angkuh.. Yang sok kuat, demi menunjukkan bahwa "heey, kalian nggak perlu mengasihaniku! Aku bisa sendiri kok! Aku nggak nangis, justru aku menjadi lebih baik sekarang karena semua ini!"


Am I a drama queen?!
NO!!
Yah entahlah...


Aku mulai menjauh dari orang-orang di dekatku.. Bahkan untuk sekedar say hello ke sahabat2ku pun nyaris nggak pernah..
Egois?! Lupa temen?!
Terserah kalian menyebutnya apa.. Yang ada di otakku, setiap orang selalu punya masalah dan aku nggak pengen tau itu. Paling nggak untuk saat ini..
Tau kan? Dalam setiap interaksi, ketika kalian awalnya saling bertukar kabar, kemudian muncul rasa nyaman, maka "cerita" tentang masalah hidup pun akan mulai dipertukarkan..


Gosh!! Sekali lagi sisi egoisku muncul disini. Pliis, aku nggak pengen membagi masalah hidupku, terlebih dapet tambahan beban buat sekedar berbasa-basi ttg masalahmu..
Supersekali ya egoisnya...


Pun ketika akhirnya aku diperkenalkan dengan seseorang yang memiliki beban serupa denganku..
Yang hebatnya dia tidak seegois aku..


Aku, yang nggak mau tau ini, disuguhi dengan drama basa-basi tentang suntikan semangat, tentang perhatian tulus dari sesama "morfinis" yang sebenarnya Justru membuatku lelah..
Tau kan, aku mencoba melupakan bahwa aku sedang kecanduan.. Aku memilih untuk menjalani hari-hariku dengan sewajar mungkin, tanpa mengingat bahwa sewaktu-waktu aku akan sakau..
Tapi dia justru mendatangiku dan mengingatkanku tentang candu dan sakau itu..


Perih, kawan!!


Tapi aku memilih diam, mengikuti caramu semampuku..


Pun, ketika tanpa sengaja aku tau, bahwa petugas rehabilitasimu begitu baiknya memberimu kesempatan untuk sesekali menyesap candumu, beberapa kali, dan yah... lebih sering dari jatahku, tentu saja..


Iri?!


Nggak kook..


*plaak*


Aku hanya bisa menelan ludah.. pahit..


Tapi bukankah rasa iri ini yang membuatku sekali lagiii harus bersabar?
Dan kamu masih saja menanyakan tentang keadaanku..


Hadirmu justru bukan menyembuhkanku, sayang...
Syukurku meluntur melihatmu mendapat kesempatan dan perlakuan lebih yang kamu terima..


Aku menelan ludah sekali lagi..
Sabar, Dee..
Semua akan indah pada waktunya..


Aku mencoba menutup mata tentangmu, tetapi melihatmu yang tulus menyemangatiku sedikit banyak membuatku luluh..
Setidaknya aku harus membalas basabasimu dengan basabasi yang serupa..


Ah.. Tapi apa??
Aku sudah lupa caranya..
Hingga akhirnya basabasi yang aku lontarkan justru kelewat basi..
Merusak segalanya!


*damn*


Aku menyerah...


Aku salah..


Mutlak salah..


Dan setelah semuanya baik-baik saja, aku janji tidak akan pernah kembali lagi..
Maaf...

0 komentar:

Posting Komentar