Senin, 24 Oktober 2011

hilang

gadis kecil itu kembali membuatku tersenyum..
entah mengapa, aku begitu menyukai segala caranya menarik perhatianku.. atau hanya perasaanku saja yang memang tanpa kusadari selalu memperhatikannya?
dengan stabilo mungilnya, ia menggambari tutup gelas di depanku menjadi seraut muka, yang menyunggingkan seulas senyum, dan tunggu.. satu lagi, menjadi salah satu tokoh favoritku dulu, iyah benar.. wajah jutek ultraman!
#deg
senyum tulus mengembang dari wajahnya.. menyodorkan tutup gelas yang telah bertrasformasi menjadi sebuah magnet sederhana, menarikku, ikut tersenyum dengannya..
......
anak kecil itu baru saja mencuri hatiku..
menyentuhnya dengan begitu lembut hingga hari demi hari membuatku selalu menunggu-nunggu kejutan manis apalagi yang akan ia tunjukkan padaku..
aku suka saat ia menggenggam tanganku malu-malu, heey alangkah gemas diri ini melihatnya tersipu hanya karena kata-kata picisan murahan yang kupujikan kepadanya.. yang tentu sebenarnya tak sebanding dengan rasa apa yang tanpa sadar telah ia sisipkan di dadaku.
pun ketika ia menatap tak rela, saat aku melepasnya kembali pulang..
iyah, sebut saja pulang..
kembali ke tempat penampungan. aku hanya bisa menjanjikan akan menemuimu kembali saat esok datang,, itu juga belum cukup menghiburmu, aku tau, karena sebenarnya aku pun tak rela melepas tangan itu.
........
God, malam yang kutakutkan pun tiba..
seingatku, kita pernah berjanji untuk bertemu lagi di taman biasa..
bahkan kali ini aku menyiapkan bekal kita, demi memenuhi botol memoriku dengan senyuman dan tawa renyahmu..
hey, gadis mungilku...
mengapa kau belum juga menyapaku?
bukankah jarak kita semakin dekat sekarang?
.....
aku masih memandangimu dari kejauhan..
dengan bimbang aku kembali melambaikan tangan..
kau hanya tersenyum tipis, kemudian kembali tak mengacuhkanku..
apakah aku menyakitimu, sayang?
kau pun menggeleng mantap.. dan kembali tersenyum..
tapi tak juga kau mendekat..
aku berlari mendekatimu, tapi kau justru menjauh..
apa salahku?
.......
sehari, dua hari, tiga hari..
aku mendapatimu asik dengan duniamu..
kau tak lagi menyapaku dengan senyuman hangatmu, aku tak lagi mendapatimu memandangiku dengan tatapan tajammu..
semua serba sekilas..
sambil lalu..
......
-bersambung-

Jumat, 14 Oktober 2011

Fatal

"Sebuah kalimat tanya basa-basi bisa menghancurkan semuanya.."
Aku lupa kapan terakhir kali aku menangis seperti ini.. Uhm.. Nggak.. Nggak bisa pura-pura lupa..
"Aku kuat!!!!"
Bahkan kalimat ini lebih terdengar seperti sebuah cibiran pada diri sendiri dibandingkan sebuah sugesti..


Aku belajar mengubah rasa kecewa menjadi sebuah simpati, mengubah rasa iri menjadi kata-kata bijak yang mengingatkanku untuk bersabar.. Bahwa Semua akan indah pada waktunya..


Well.. Aku pikir aku bisa seutuh kopi.. Ah..Ternyata aku selemah telor.. Bukannya menjadi semakin bijak, keadaan ini justru membuatku menjadi jahat..
Aku menjadi sosok yang egois.. Yang angkuh.. Yang sok kuat, demi menunjukkan bahwa "heey, kalian nggak perlu mengasihaniku! Aku bisa sendiri kok! Aku nggak nangis, justru aku menjadi lebih baik sekarang karena semua ini!"


Am I a drama queen?!
NO!!
Yah entahlah...


Aku mulai menjauh dari orang-orang di dekatku.. Bahkan untuk sekedar say hello ke sahabat2ku pun nyaris nggak pernah..
Egois?! Lupa temen?!
Terserah kalian menyebutnya apa.. Yang ada di otakku, setiap orang selalu punya masalah dan aku nggak pengen tau itu. Paling nggak untuk saat ini..
Tau kan? Dalam setiap interaksi, ketika kalian awalnya saling bertukar kabar, kemudian muncul rasa nyaman, maka "cerita" tentang masalah hidup pun akan mulai dipertukarkan..


Gosh!! Sekali lagi sisi egoisku muncul disini. Pliis, aku nggak pengen membagi masalah hidupku, terlebih dapet tambahan beban buat sekedar berbasa-basi ttg masalahmu..
Supersekali ya egoisnya...


Pun ketika akhirnya aku diperkenalkan dengan seseorang yang memiliki beban serupa denganku..
Yang hebatnya dia tidak seegois aku..


Aku, yang nggak mau tau ini, disuguhi dengan drama basa-basi tentang suntikan semangat, tentang perhatian tulus dari sesama "morfinis" yang sebenarnya Justru membuatku lelah..
Tau kan, aku mencoba melupakan bahwa aku sedang kecanduan.. Aku memilih untuk menjalani hari-hariku dengan sewajar mungkin, tanpa mengingat bahwa sewaktu-waktu aku akan sakau..
Tapi dia justru mendatangiku dan mengingatkanku tentang candu dan sakau itu..


Perih, kawan!!


Tapi aku memilih diam, mengikuti caramu semampuku..


Pun, ketika tanpa sengaja aku tau, bahwa petugas rehabilitasimu begitu baiknya memberimu kesempatan untuk sesekali menyesap candumu, beberapa kali, dan yah... lebih sering dari jatahku, tentu saja..


Iri?!


Nggak kook..


*plaak*


Aku hanya bisa menelan ludah.. pahit..


Tapi bukankah rasa iri ini yang membuatku sekali lagiii harus bersabar?
Dan kamu masih saja menanyakan tentang keadaanku..


Hadirmu justru bukan menyembuhkanku, sayang...
Syukurku meluntur melihatmu mendapat kesempatan dan perlakuan lebih yang kamu terima..


Aku menelan ludah sekali lagi..
Sabar, Dee..
Semua akan indah pada waktunya..


Aku mencoba menutup mata tentangmu, tetapi melihatmu yang tulus menyemangatiku sedikit banyak membuatku luluh..
Setidaknya aku harus membalas basabasimu dengan basabasi yang serupa..


Ah.. Tapi apa??
Aku sudah lupa caranya..
Hingga akhirnya basabasi yang aku lontarkan justru kelewat basi..
Merusak segalanya!


*damn*


Aku menyerah...


Aku salah..


Mutlak salah..


Dan setelah semuanya baik-baik saja, aku janji tidak akan pernah kembali lagi..
Maaf...

Senin, 10 Oktober 2011

candu #2

aku masih memandangi secangkir kopi pahit di mejaku..
kali ini diiringi rasa bersalah yang kian menggebu..

menjadi egois itu menyenangkan ya? akan sangat menyenangkan saat dilihat dari sisi kita-si egois yang tak mau tau..
tapi sedetik kemudian, aku tak sanggup lagi memalingkan muka padamu.. dalam senyummu, aku menyisakan ngilu..
iyaa.. aku tau..
:(

sepintas lalu, terkenang saat-saat dimana aku menyambutmu.. itu bukan tipuan, Sayang.. meskipun benci mengatakan ini, tapi sungguh aku hanya mengikuti kata hati..
tidak ingin membuatmu sakit.. tidak ingin membuatmu kecewa.. pun tidak ingin menjadikan ini terpaksa.. hanya demi melihatmu bahagia..
kamu?

kembali ku aduk malas kopi pahit ini..
bahagiaku, atau bahagiamu yang sebenarnya aku mau?
bukankah sisi egoisku yang menuntut pemenuhan darimu?
yang tanpa kau sadari mulai menggerogotimu, memaksamu untuk selalu berkata, "iya, aku setuju.."
sementara apa yang telah kulakukan jika memang bahagiamu yang kutuju?
setiap senyumku, menuntut senyummu-dan sakitmu..

bukankah seharusnya aku berhenti memberimu "candu" ini? tak apa lah kau tersakiti.. tapi sembuhmu sudah pasti..
iya kan?
tapi justru ketakutan yang menari-nari di otakku..
aku masih ingin kamu, selalu meminjamkan tanganmu, membuatku merasa nyaman, bahwa aku tidak sendirian..
aku masih ingin kamu, memberiku satu saja alasan untuk tersenyum setiap pagi, ketika hidupku terasa sesak, tak ada pilihan untuk lari..
aku masih ingin kamu, meminjamkan telingamu, mendengarku mengeluh, melepaskan beban-beban ini satu per satu.. sesekali menghiburku dengan mantra yang ajaibnya dengan itu bebanku segera menghilang, pergi jauh..
aku juga ingin kamu, sesekali meminjamkan pundakmu, ketika tidak ada lagi yang bisa kuceritakan, ketika cawan air mataku kepenuhan, mencuri-curi untuk diluapkan..
yaah..
dan akan membuatku semakin egois ketika rasa ingin ini perlahan berubah menjadi kebutuhan...
semacam kata;
aku butuh kamu
:(

menjadi jahat itu pilihan, ternyata...

Jumat, 07 Oktober 2011

Sempurna


Apa sih definisi kesempurnaan pasangan itu?

Nggak harus ganteng, yang sabar, pengertian, yang manja, yang sehobi, yang selalu berusaha membuat saya tersenyum dan tertawa di dekatnya pun saat jauh darinya, dan yang utama bisa menjadi imam yang membimbing saya dan anak-anak kami di jalan-Nya..

Simple?

Nggak..

Ini ribet gilak! Saya tau...

Dan disinilah saya seharusnya menyadari betapa egoisnya saya..

Kesempurnaan pasangan sering diukur dalam standar bagaimana dia menjadi subjek aktif sementara kita? Menjadi objek yang dikenai pekerjaan.. Eeh..

*malah jd pelajaran bahasa indonesia* :p

Uhm...

Harusnya g gt yah..

Btw mempunyai pasangan yang sempurna itu kaya'nya seru.. Sesaat.

Selebihnya mungkin kita akan jadi lebih cepat bosan karena apa-apa yang jiwa kita butuhkan terpenuhi seketika..

Dimana tantangannya? Dimana serunya?

-_-

Aah manusia..

Bukannya seharusnya kita belajar dari apa yang kita punya?


This entry was posted in

Candu #1

Hey... Aku mulai kecanduan menggunakan kata "candu" untuk mendefinisikan sesuatu yang sebenarnya terlarang tapi justru memberikan sensasi yg lebih memabukkan ketika dilakukan..

Well, nggak harus sepenuhnya terlarang sih.. Kadang hanya tentang boleh dan nggak bolehnya secara budaya kok..

Hihihi..

Duuh jadi malu..

:')

Anyway, nggak perlu juga yah apa-apa yang menjadi candu itu aku state di sini.. Intinya sih, terlepas dari wujudnya apa, aku harus berusaha untuk mengambil sikap... Sebelum candu itu mematikan "rasa"ku..

"Then Dee, sikap apa yang akan kamu ambil?"

Hmm.. Yang ini masih dalam proses sih.. Proses menunggu waktu..

Mbuh laah...