Minggu, 08 Mei 2011

Memaknai hidup

pagi ini test drive sepeda Bunny. Niat awal sih emang karena kami pengen nyari sarapan... hihihi.. soto ceker surabaya yang maknyus ituu looh. Ah tapi setibanya disana malah sotonya belum buka. (ternyata emang nggak buka, karena siangnya kami juga kesana lagi-niat banget!)
alhasil, kami pun memutuskan untuk kembali ke kosan. Sebelum itu, kami mencari sarapan dulu ke warteg cempaka baru, tempat biasanya kami makan. Disana kami memesan makanan favorit kami, nasi-sayur-ayam goreng (yang kaya’nya digoreng pake campuran telur dan tepung).  Nyaaaam...
tapi kali ini rasanya ada yang berbeda. Ayam yang saya makan berasa aneh, dan berwarna aneh juga. Saya pun mengadu pada Bunny yang langsung menawarkan untuk menukar ayamnya dengan ayam yang sedang saya makan. Icip dikit, eh sama Bunny langsung dibuang tuh ayam. Tampaknya ayam itu adalah ayam yang mati sebelum di sembelih. U know what?? BANGKAI!! Hal ini bisa diliat dari warna daging ayam yang memerah, menandakan bahwa darah dari si ayam tidak mengalir sempurna seperti halnya ketika ayam itu disembelih. Astaghfirullah... bukan sepenuhnya salah  mbak-mbak penjualnya sih, saya yakin mbaknya nggak sengaja menjual ayam itu. Tapi sebagian dari bangkai itu sudah saya makan.. L ampuni hamba ya Rabb, hamba tidak sengaja..
howek howeek...
dari itu, saya pun membagi dua ayam yang tadi diberikan Bunny, sedangkan potongan bangkai ayamnya kami buang. Nah, saat membuang ayam itu, seorang pemulung lelaki yang sudah tua berjalan pelan sambil menatap lekat ke ayam yang kami buang. Tau gimana perasaan saya? DEG! Well, saya tidak menyesal membuangnya karena itu bangkai, tapi melihat tatapan Pak tua itu? Ah susahnya mengungkapkan dalam kata-kata disini. Yang jelas, satu hal yang sering ingin saya lakukan ketika melihat pemulung tua, terutama lelaki saat saya sedang makan (kebetulan beberapa kali saya bertemu mereka) adalah membelikan sebungkus nasi pada mereka. Tapi apa yang saya lakukan? Saya hanya memandang iba, and do nothing untuk alasan yang sungguh tidak masuk akal rasanya. (kasi tau nggak ya alesannya apa? Nggak ah..) Ya Rabb, berikan saya kesempatan lagi, insyaAllah saya akan lakukan niat saya.

Dan sekarang saya sedang menangisi nasi yang sering saya buang karena porsinya kebanyakan. Astaghfirullah.. astaghfirullah.. astaghfirullah... ampuni hambaMu yang dzalim ini ya Rabb...

0 komentar:

Posting Komentar