Senin, 25 November 2013

Hijab, I'm Hijrah

Kapan terakhir kali saya hijrah?
Secara bahasa, hijrah berarti berpindah. kalau kata ust. Felix Siauw, hijrah artinya berpindah dari perbuatan yang buruk ke perbuatan yang baik. Meninggalkan larangan Allah".
Tahun ini, setidaknya dua kali saya berhijrah, salah satunya ketika saya "move on" dari sayap utara ke sayap  selatan #IYKWIM :p , yang Alhamdulillah ya, membawa begitu banyak kebaikan. Setidaknya di sayap selatan ini saya bertemu dengan orang-orang yang mengingatkan kembali untuk belajar tentang islam, yang berkali-kali membuat saya ter-Jleb-Jleb dan ter-Wow-wow mendengar obrolan dari kacamata pria, baik tentang agama, pekerjaan, dan tentu saja tentang wanita #sigh
ah ya, tentang islam, lagi-lagi saya bersyukur karena pria-pria di ruangan ini begitu rajin "mengencani" Sang Pencipta di awal waktu, dan tak jarang mereka pulang dengan membawa oleh-oleh berupa "potongan ceramah" yang mereka dengar saat "berkencan" tadi. Tentu saja saya begitu excited, mengingat terakhir kali saya mengupdate pengetahuan agama saya adalah.. uhm.. entahlah.. :( beruntung, sungguh sangat beruntung, salah satu teman di ruangan begitu baiknya membagi video-video ceramah ust. Felix Siauw.. maturnuwuun yo #nomensyen :p
back to the "potongan ceramah". Lambat laun, mendengar potongan-potongannya yang seru, tak urung membuat saya tertarik untuk mendengarnya langsung dari si empunya cerita (walaupun sampai sekarang lebih sering ketiduran :p)
Hingga akhirnya, Jumat lalu, di hari keduapuluhdua di bulan november,, di tengah ngantuk yang mendera-dera menggetarkan jiwa #apasihdee, sayup-sayup terdengar kultum entah dari siapa bakda ashar seperti biasa. Di awal kultumnya, saya masih bisa mendengarkan dengan cukup jelas ketika si Bapak berkata (kira-kira) "Kita pasti senang dan tidak sabar ketika ingin bertemu dengan keluarga atau orang yang kita cintai, kita menanti-nanti teleponnya, kita merasa deg-degan ketika disebut namanya..",
Sampai disini saya masih ikutan senyam-senyum, tanpa curiga atau menebak-nebak kelanjutan kultumnya (yaiyalah wong ngantuk, mana sempet mikir),, sampai akhirnya sepatah-patah saya juga mendengar tentang "ciri-ciri orang yang beriman adalah bergetar hatinya ketika asma Allah disebut.. blablabla" #kemudiantidur (iyah, tidur beneran).
Sepulang kerja, entah dari mana asalnya, tiba-tiba potongan ceramah tadi sore menggelitik batin saya. Hmm.. terutama tentang "getar-getar" yang dirasakan ketika mendengar asma Allah.. Tak pelak, tamparan demi tamparan mulai mem-PukPuk pipi saya. Pertanyaan-pertanyaan retoris menjadi-njadi menusuk-nusuk nurani.. "Mana yang membuat hatimu lebih bergetar, dee? mendengar asma Rabbmu? atau nama orang yang kamu cintai?! Mana yang lebih kamu kejar-kejar, dee? panggilan-Nya untuk "berkencan" lima kali sehari pun di sepertiga malam yang akhir, atau dering telepon dari orang yang kamu cintai? Mana yang lebih kamu turuti, dee? perintah-Nya? atau keinginan orang yang kamu cintai?! untuk orang yang memberimu sedikit cinta, kamu begitu berusaha membalas dengan sepenuh jiwa,, lantas apa yang kamu lakukan untuk membalas Sang Maha Pencinta?! yang demikian baik tak terkira memberimu apapun bahkan yang tak pernah kamu minta, yang selalu menerimamu (insyaAllah) walaupun berkali-kali kamu melakukan kesalahan yang sama, yang ketika kamu berjalan mendekat satu hasta, Ia mendekat satu depa?" astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.. betapa selama ini kamu benar-benar lalai, di mulut dengan mudah kamu bilang beriman, kamu cinta pada Rabbmu,, tapi bahkan untuk sekedar bersyukur saja kamu masih mau tak mau.. :(
well,, perenungan mendadak ini membuat saya merasakan "haus" dan ingin segera dipenuhi, dan Allah (lagi-lagi) menjawab dengan begitu cepat. Muncul lagi sebuah softposter berjudul "LEMON-Let's move on" di laman fb, dengan tema "Hijrah menuju ridha Allah".. Subhanallah, Allahu Akbar.. :')
....
Hijab, I'm Hijrah
Bertempat di K-Link tower, begitu memasuki lobi, saya disambut seorang akhwat ramah, kami bersalaman, mengucapkan salam, dan saling berkenalan. Satu, dua, lima,, entah berapa akhwat yang telah saya kenal dalam waktu sepuluh menit pertama. Subhanallah, sudah lamaaaaaa sekali saya tidak berada di lautan akhwat semacam ini. Kemana aja dee??!

Rentetan acara yang begitu padat pun akhirnya kami lalui dengan takzim. tamparan demi tamparan lagi-lagi menghujani pipi ini. Diantaranya, dari Ust. Felix, dengan ceritanya tentang supir angkot yang mengaku beriman dan cinta pada Allah, tapi ketika shalat jumat datang, si supir lebih memilih untuk tetap narik angkot. uang sepuluh limapuluh ribu pun berhasil mengalahkan cintanya pada Allah. Ngomong-ngomong, berapa kali saya memilih melanjutkan pekerjaan dan meng-entar-entar-kan sholat dengan alasan "nanggung, masih kerja/main game"? padahal kalau Allah berkehendak, Allah bisa mencabut nyawa ini seketika, tepat saat saya memilih untuk menunda.. astaghfirullah.. :(
selanjutnya, dari Peggi si "Pusing", disadarkannya saya untuk melakukan introspeksi diri setiap hari, apa saja yang sudah kita lakukan seharian ini? berapa banyak hati yang kita sakiti karena ucapan dan perbuatan kita? berapa kali kita mengerjakan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena manusia? berapa banyak kita mengeluh? bergunjing? agar kita menjadi pribadi yang lebih baik, beneran lebih baik, melakukan sesuatu hanya karena Allah, Lillahi Ta'ala. insyaAllah.
and the last (but not the least), dari @benefiko, yang ini nih, puncaknya.. Tentang pengalaman beliau dalam berhijrah dari belum berhijab menjadi berhijab sempurna seperti saat ini. the Jleb-Quote nya yang terkenal sangat menusuk dengan telak, "Hijab tanpa nanti, Taat tanpa tapi". Mantab sudah niat saya sebelum berangkat tadi. Saya sudah berkerudung sejak suatu hari Sabtu bulan desember di semester dua kelas X SMA. Tapi, hingga hampir delapan tahun berhijab (ah lebih tepat disebut berpenutup kepala klo itu mah), bentuk "hijab" saya masih gitu-gitu aja, bukannya pasang, malah makin surut karena tergoda dengan berbagai model baju dan penutup kepala #sigh. Iya, dari duluu saya tau ini salah, bahkan perintah dari sananya begitu jelas. "ulurkanlah khimar hingga menutupi dadamu, ulurkanlah jilbabmu hingga menutupi tubuh." (an nur: 31, al ahzab: 59) .
frankly speaking: " saya masih sibuk dengan pendapat orang lain. kelihatan old fashion lah, kaya' emak-emak lah, kaya' orang tua, nggak modis, blablabla.." dan benefiko said bahwa "ketika dulu ia berhijrah dari hijab "mini" ke hijab lebar dan longgar, begitu banyak cemooh dari sana-sini, tapi bukankah Rasulullah dulu mendapatkan cemooh yang jauh lebih banyak dan berat ketika berhijrah? cemoohan dari orang lain jangan dijadikan alasan untuk menunda memperbaiki hijab. Pendapat mereka tidak akan memberikan jaminan pada kita untuk masuk syurga. tapi jelas, ketika kita memperbaiki hijab, dengan niat Lillahi Ta'ala, maka setidaknya kita telah menjalankan perintah Allah, dan semoga hijab ini kelak melindungi kita dari panasnya api neraka. Tentunya tidak mau kan menjadi salah satu dari wanita yang dilihat Rasulullah ketika isra' mi'raj? berpakaian tapi telanjang, berpunuk unta, memakan badan sendiri.. Nauzubillah min zalik..
hmm..
jadi inget kata Oki Setiana Dewi di acara "inspirasi iman" dengan tema "hijab I'm in love".. "hijab adalah penutup, hijab adalah penghalang, hijab adalah tabir.. dalam hijab kita mengenal jilbab, sebuah pakaian longgar untuk para wanita muslimah, para wanita yang mengaku cinta pada Allah SWT. Jilbab adalah pakaian longgar yang ditambahi khimar (kerudung) untuk menutupi aurat dari wanita muslimah yang sholehah."
Jika yang kita sebut hijab belum bisa menjadi penutup, maka sudah seharusnya kita memperbaiki hijab kita. sedikit demi sedikit, asal istiqomah.
bukankah ada tiga pria yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban atas saya, yaitu ayah, suami, dan anak laki-laki saya? maka demi cinta saya kepada mereka, sudah seharusnya saya mulai memperbaiki penutup tubuh ini. agar dosa saya karena menampakkan aurat tidak membebani mereka di akhirat kelak. insyaAllah.. aamiin..
hey, dan bukankah (sepertinya) ketika saya lahir dulu begitu banyak orang mendoakan saya agar menjadi wanita sholelah? mungkin ini memang waktunya saya mulai berusaha mewujudkan doa orang tua dan para tetangga dengan memperbaiki pakaian taqwa.. insyaAllah.. aamiin..
now, here I am, semoga Allah senantiasa menjaga dan membesarkan hati ini untuk bisa istiqomah memperbaiki diri.. untuk berhijrah dari keburukan dan kelalaian menuju kebaikan dan perbaikan.. aamiin..

P.S.: if u asked me, how does it feel when the first time u make ur khimar wider?! I just can say, it feels much more better than the feeling that I felt almost 8 years ago. when the first time I wore the smaller khimar. :)

1 komentar:

  1. alhamdulillah..kak saya ingin sekali segera berhijab syar'i.. mohon doanya yaa.. :)
    salam kenal..

    BalasHapus