Senin, 21 Februari 2011

ini bukan mimpi, ini obsesi! ^^

"kring kring gowes gowes..
kring kring gowes gowes.."


kembali pagi ini aku terbangun dengan senyum mengembang. Sepeda baru?? jelas bukan.. sampai saat ini sepeda itu masih ada di sini.. di otakku, dalam mimpiku.. Tapi semakin hari rasanya semakin nyata dan aku menikmati saat-saat seperti ini.. Excited!


Mimpi...
Tunggu, aku lebih suka menyebutnya sebagai Obsesi..
Yup, Obsesi..
obsesi terasa lebih punya daya tarik dan kepastian untuk aku capai, daripada mimpi..
Ketika aku menganggap sesuatu yang ingin aku wujudkan sebagai obsesi, maka aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Obsesi menunjukkan bahwa apa yang aku inginkan mungkin akan bisa aku capai, asal aku membulatkan tekat, berdoa, berjuang dan berusaha keras untuk mewujudkannya.
"MAN JADDA WAJADA", Siapa Bersungguh-sungguh, dia akan mendapatkannya! (atas ijin Allah tentunya)
Sedangkan mimpi?! Aku menganggapnya sebagai sesuatu yang diluar jangkauan. Tercapai syukuuur, nggak tercapai?! yaa namanya juga mimpiii...
So, kembali ke topik..
Obsesiku memang sudah sampai pada tahap yang cukup akut. aku pengen banget punya ini


saking pengennya, hampir tiap hari aku "memandang" gambar ini. Browsing-browsing geje jg gk pernah aku lewatin klo nganggur di kantor. Belum mimpi-mimpi yang juga datang tentang sepeda ini, seperti tadi pagi. Ditambah Bunnykutercinta juga dengan sadisnya ngajakin aku lewat bengkel perakitan sepeda ginian tiap kali kita mau makan..
ckckck..
makasiih bunny, kamu bikin aku seneng sekaligus makin mupeng -_-".
pokoknya, keinginanku untuk bisa punya sepeda ini udah berubah jadi obsesi, aku tergila-gila pada sepeda fixie..
Suatu hari nanti, aku pasti bisa  membelinya! Yosh!


Nah, tapi dalam perjalananku mewujudkan obsesi ini (cieee)... Adaaa aja yang berkomentar agak kurang menyenangkan. Ehem..
Jadi beberapa orang dengan penuh perhatiannya mengingatkanku tentang betapa bahayanya menggowes di Jakarta ini. Alasan yang mereka pakai adalah:
1.  kesehatan (wait, bukannya menggowes itu sehat ya? kalau alasan anda tidak sehat karena asep kendaraan umum, apa bedanya aku jalan kaki, naek motor, angkot, mobil pribadi sama menggowes? sama aja toh? Sama aja kena asep.  Jadi alasan ini aku coret ^_^).
2. keselamatan (klo alesan ini sih masih bisa diterima. Banyak temen yang males menggowes karena di Jakarta ini belum ada jalur khusus sepeda. Lah? Klo nunggu dibikin jalur sepeda dulu mah kaya'nya keburu tua kitanya.. Kalau masalah keselamatan, kaya'nya masih bisa aku usahain. aku sih mikirnya simpel aja, orang lain bisa naek motor di jalanan Jakarta yang gila ini, yang menggowes juga lumayan banyak, mereka juga banyak yang cewek dan mereka bisa survive juga tuh. Klo orang lain bisa, kenapa kita nggak bisa? iyah nggak?! Jadi, untuk yang komen kaya' gini, aku cuma bisa bilang, "makasih kawan udah ngawatirin aku, doain yah biar klo udah menggowes nanti, aku bisa selalu selamat sampai tujuan.:) "
Well, begitulah aku..
Banyak yang menganggap aku keras kepala. Tapi buatku, aku lebih suka menyebutnya punya pendirian. karena akulah yang menentukan apa yang ingin kulakukan. aku tidak akan membiarkan orang lain men-judgeku dan mendikte pikiranku.
dan pada akhirnya aku akan membuktikan pada diriku sendiri, bahwa apa yang pernah mereka katakan tidak benar. Ya, cukup membuktikan pada diriku sendiri, melawan rasa ragu dan takut yang ada disini, di dalam hatiku
:)
orang lain boleh berkata apa saja, tapi hanya kita yang bisa mengatur hati dan pikiran kita. Melihat dari sisi positif? Menyerah dan ketakutan? atau teguh pada pendirian!


Jadi, biarkan aku menikmati sensasi meraih obsesi ini menggelitiki otakku..
jadikan mimpimu sebagai obsesi, Kawan..
jangan takut tidak bisa mencapainya..
Man Jadda Wajada.. Yakin aja..
kalaupun pada akhirnya obsesi kita nggak tercapai, kita masih akan tetap bahagia, karena Allah pasti akan mengganti usaha keras kita dengan hal lain yang lebih sebanding dengan apa yang telah kita lakukan.
InsyaAllah..


So, Apa obsesimu?
;)

Senin, 14 Februari 2011

mengenal perpisahan

selamat pagi perpisahan..
entah mengapa semakin hari rasanya kamu semakin dekat..
padahal aku selalu mencoba untuk tidak memikirkanmu, sampai saatmu nanti benar-benar datang..
di sini, di hadapanku..


hari ini, seperti hari-hari biasanya aku ingin menikmati setiap hal yang aku lalui. Aku menyibukkan pikiranku dengan pekerjaan seadanya, dengan masalah teman-temanku, dengan masalah keluargaku, masalah dalam persahabatanku, dan dengan apapun agar aku tidak memikirkan satu kata itu..


aku tidak ingin terlihat menderita dengan kenyataan yang mungkin akan segera ada di depan mata. Kenyataan bahwa kita, cepat atau lambat akan dipisahkan oleh penempatan..
:(


Sayang, mungkin kamu tidak pernah melihat aku setenang ini menyambut perpisahan kita. Kamu tahu betul betapa paniknya aku setiap kali kita akan berpisah. sekali pun hanya 3 hari seperti saat kau pergi untuk outboundmu ke Bandung waktu itu. Kamu juga sangat paham betapa aku tidak bisa tanpa kamu, bahkan kita selalu menyiapkan waktu untuk bertemu, walau sebentar..


... dan kali ini, penempatan akan memisahkan kita untuk waktu yang entah berapa lama.
Hhh.. aku tidak tau harus bagaimana mengekspresikan perasaanku ini, Sayang. Membayangkan untuk tidak dapat melihatmu dalam waktu yang lama sangat menyesakkan dadaku. Betapa kebas hati ini hingga untuk menangis pun aku tak sanggup. Aku memilih untuk menyiapkan hati, mencari cara yang lebih elegan daripada menangis meraung-raung untuk menghadapinya. walaupun sebenarnya sungguh aku merasa iri dengan teman-teman kita yang sudah pasti berada di satu tempat yang sama dengan pasangannya, yang tidak perlu bersusah payah berurusan dengan birokrasi hanya untuk sekedar dapat bersama.
ah akhirnya kata-kata kecewa ini terlontar juga..
Maaf sahabatku..
Maaf atas rasa iriku melihat rumputmu yang lebih hijau..
Maaf jika selama ini aku enggan membagi kegalauanku pada kalian..
karena aku tidak tau apakah dengan membagi justru kesedihan ini akan berkurang atau  justru bertambah parah..
aku hanya ingin diam pada kalian..
aku sungguh, tidak ingin membahas ini, tidak ingin merepotkan kalian dengan masalahku yang sungguh aku sendiri tidak tau harus berbuat apa..


dan Sayang, 
mungkin kamu perlu tahu, bahwa tak sedikitpun hati ini ragu saat memilihmu. aku sudah yakin untuk menunggumu di sini. dua tahun lagi. Aku siap ketika nantinya aku harus bersabar dan terus bersabar karena mungkin keberadaanmu di sini akan digantikan oleh handphoneku, dengan sejuta kenangan tentangmu, dengan setiap bisikan suaramu di sana yang pasti akan sangat membantuku merasakan bahwa kamu tidak pernah benar-benar jauh . bahkan ketika pada akhirnya aku harus merawat anak-anak kita sendiri saat kamu berada di luar sana, mencari nafkah untuk keluarga kita.. aku siap.. InsyaAllah aku siap..
aku akan menunggumu, Sayang.. Karena hanya itu yang bisa aku lakukan, menunggumu dengan setia..


ah..
dan untukmu, perpisahan..
tolong jangan hantui aku saat ini.. biarkan aku menikmati sisa hariku bersamanya..
tidak untuk membahasmu, apalagi memikirkanmu.
tolong..
akan ada saatnya nanti aku akan menangis setiap malam, mungkin satu malam, dua, tujuh, tiga puluh atau berapapun waktu yang kau minta untukku habiskan dalam kesedihan..
biarkanlah saat ini mataku selalu menatapnya lekat, dan memeluknya erat..
tanpa ada bayanganmu..
tanpa ada bayangan perpisahan..

Senin, 07 Februari 2011

sebuah tamparan

Minggu, 6 Februari 2011..
sebuah hari yang cukup mengguncang pemikiranku..
hari itu, seorang sahabat telah melalui sebuah upacara yang sakral..
sangat sakral..
ia dengan sangat sadar mengucapkan sebuah kesaksian yang paling luar biasa..
sebuah tiket perdana untuk masuk surga..
ya, sebuah kalimat syahadat..

detik-detik itu berlalu dengan begitu khidmat..
demikian pula dengan hati ini..
sedikit demi sedikit, ada sesuatu yang gugur dan luluh lantak di sini..
sebuah tamparan yang begitu keras menghantam jiwaku..
tamparan dari fitrah yang lama tertidur dalam diriku..

rasanya selama ini aku terlalu lama bermimpi,
berada pada satu alam yang gelap..
sangat gelap dan semakin menjauh dari cahaya terang..
dan dengan sangat nistanya, aku menikmati kegelapanku..

ya Rabb..
betapa selama ini hamba-Mu yang hina ini terpejam..
bahkan hamba belum juga menyadari, betapa luar biasanya rahmat-Mu, nikmat islam yang telah Engkau berikan secara cuma-cuma kepada hamba..
hamba, yang dengan begitu beruntungnya dilahirkan dari keluarga yang memang memeluk agama-Mu..
sehingga hamba tidak perlu bersusah payah mencari pedoman, mengikuti fitrah dan menentang siapa pun yang mungkin menjadi penghalang terbukanya hati ini untuk menerima cahaya-Mu..
tapi justru dengan semua itu, hamba menjadi buta..
ya, buta..
hamba terlalu nista hingga hamba bahkan hanya mengucapkan kalimat kesaksian itu tak lebih dari sebuah ritual setiap sholat dan sebagai pengetahuan atas sebuah syarat, syarat untuk berada dalam jalan-Mu.
that's it!
hanya itu!
Astaghfirullah..
astaghfirullah..
astaghfirullah..
dan kemarin siang, tamparan itu terasa begitu sakral..
sesakral momen yang terjadi saat itu..
betapa indah dan luar biasa dalamnya sebuah kalimat Syahadat..
makna sebuah kalimat awal, pembuka pintu surga..
dan hamba hanya bisa tergugu..
hamba sama sekali tak lebih baik dari dia..
hamba bukan siapa-siapa..
hamba telah melangkah terlampau jauh terlempar dari jalan-Mu..

Ya Rabb..
segala puji bagi Engkau, yang entah untuk keberapa-ribu-kalinya menyadarkan hamba..
mengingatkan hamba untuk kembali ke jalan-Mu..
Ya Allah.. Ya Kariim..
hamba terlalu hina, hamba sangat malu pada diri hamba..
terlebih kepada Engkau..
ampuni hamba Ya Allah..
ampuni hamba..
semoga kali ini hamba bisa benar-benar kembali ke jalan-Mu..
ingatkan selalu ya Allah..
tegur hamba..
hukum hamba..
ampuni hamba..
Allah..
Allah..
Allah.

Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..

Jumat, 04 Februari 2011

menangislah...

rasanya aku sudah lupa kapan terakhir kali aku mengeluarkan air mata..
dengan sadisnya hatiku mulai mengeras, membeku, membatu, untuk satu alasan yang rahasia..
ya, alasan yang amat sangat rahasia..
bahkan terlalu rahasianya hingga aku sendiri tidak tau pasti itu apa..


aku selalu berusaha untuk diam..
sambil sesekali mengerjap-ngerjapkan mata, agar tak setetespun air mataku jatuh..
aku malu..
aku harus dewasa..
aku tidak boleh cengeng lagi..
walaupun sebenarnya aku sangat sangat ingin menangis, merengek, berteriak-teriak dan meraung-raung seperti orang gila..
aku juga ingin membanting apapun yang ada di depanku dan memaki siapapun yang menghalangiku..
kenapa??
bahkan kalian masih bertanya, KENAPA???


sudahlah..
memang nggak pernah ada yang bisa ngertiin aku..
nggak ada..
nggak ada satupun orang yang bisa ngertiin aku!
(mulai labil)


cukup..
bahkan aku sendiri nggak bisa menjawab apa sebenarnya mauku..
begitulah..
aku tidak tau diri..
tidak tau diriku sendiri seperti apa..
apa aku mulai bosan dengan diriku sendiri?
ENTAH!


saat ini mungkin aku hanya perlu..
menangis..
itu saja..
menangis dengan tetap anggun..
tanpa alasan..
tanpa ada orang yang bertanya mengapa..
boleh?